Powered By Blogger

Jumat, 14 Desember 2012

Inilah Nasib Silat Karo !

Inilah Nasib Silat Karo!

Teringat saya pada suatu masa tatkala saya menonton sinema elektronik di TVRI tentang Karo yang adegan ceritanya dibumbui Silat Karo (mayan). Itu 26 tahun silam. Silat Karo menarik bukan saja indah gerakannya, tetapi konon karena kemampuan kanuragan atau metafisik yang memungkinkan sang pendekar berubah wujud menjadi binatang. Silat Karo juga bukan sekadar teknik bela diri, tapi merupakan perwujudan kearifan lokal Indonesia, bahkan di masa silan turut andil dalam perang revolusi dan beberapa konflik kekuasaan lokal.

Tetapi apa kabar Silat Karo hari ini, khususnya di tengah gelombang musik Karo modern yang berbantuankan keyboard yang sangat digandrungi? Menurut Pemimpin Redaksi Sora Sirulo, Ita Apulina Tarigan, Silat Karo mulai punah karena sangat sedikit orang Karo yang berminat mempelajarinya. Memang ada yang mampu, tetapi biasanaya ia hanya bisa mempraktikkan sekadarnya saja. Maka tidak heran Silat Karo kini mulai punah. Ita juga sependapat dengan saya bahwa Silat Karo tidak lagi dikenal, karena rendahnya kemampuan publikasi tertulis orang Karo. Maka, dapat dimaklumi kalau sahabat saya tidak percaya kalau Karo punya silat.

Silat Karo selama ini jarang ditampilkan dalam Kerja Tahun. Dan sepengetahuan saya Silat Karo jarang tampil dalam acara pernikahan (pasu-pasu), termasuk guro-guro aron. Padahal di acara yang satu ini di masa silam Silat Karo wajib ditampilkan. Dalam beberapa video musik ada memang Silat Karo ditampilkan, tetapi sekadar tempelan dan itu pun tidak berpenciri perkelahian. Lebih terlihat seperti menari. Membosankan.
Menurut Antropolog Universitas Sumatera Utara, Juara R. Ginting, hingga tahun 1970-an, masih terdapat beberapa perguruan silat di beberapa kampung di Kabupaten Karo. Para remaja Karo di saat itu tertarik belajar silat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan kota untuk melanjutkan studi. “Kebanyakan mereka harus berangkat ke Kabanjahe atau Berastagi dan Tigabinanga untuk meneruskan SMA. Ada juga perguruan silat seperti di Berastepu, Kecamatan Simpangempat, Kabupaten Karo yang mempersiapkan murid-muridnya untuk menguasai terminal Kabanjahe dan nantinya Pasar Bawah Binjai,” ujar Juara.
Dalam aksi kebudayaan Karo kontemporer, orang Karo sekarang lebih gemar ber-keyboard-ria, ramai-ramai menghaturkan keindahan tari dan musik. Jika di masa silam pendekar Silat Karo memiliki peran istimewa berbanding seniman musik, hari ini yang mendapat lebih banyak tepukan tangan adalah “pendekar keyboard”.
Menurut Juara R Ginting, meningkatnya pemikiran bahwa silat semata-mata hanya untuk berkelahi, dan orang-orang yang suka berkelahi biasanya malas bersekolah, membuat turun pula minat orang-orang Karo untuk mengembangkan pelatihan silat. Tapi, sejak tahun 1990-an, beberapa video Karo memperlihatkan adanya penampilan ndikkar di acara-acara kerja tahun yang ternyata cukup diminati sebagai sebuah hiburan seni.
Ita Tarigan bilang ada seorang pendekar Silat Karo yang telah melanglang buana mengajarkan ilmunya. Namanya Yakinsyah Brahmana, seorang Karo yang lama berdomisili di negeri kincir angin. Di sana, tepatnya di Sekolah Kristen Oikumene di Groningen, Yakinsyah mengajar mayan kepada lebih dari 200 siswa sekolah dasar itu. Maka dalam logika terekstrem, barangkali orang Karo akan belajar Silat Karo dari orang Belanda. Saya langsung membayangkan kelak ada beberapa billboard di Padang Bulan berisi ajakan belajar Silat Karo. Ada gambar seorang Belanda di sisi kanannya, seorang guru Silat Karo, hasil godokan Yakinsyah. Belajar Silat Karo dari orang Belanda? Tentu saja itu kenyataan yang menyebalkan.
Dalam wawancara pribadi dengan Yakinsyah, ia sendiri banyak belajar Silat Karo dari beberapa guru sejak tahun 1981-1992, ketika ia masih berprofesi sebagai pemandu wisata di Berastagi dan Sungai Alas, Aceh Tenggara. Kali pertama Yakinsyah mendapatkan ilmu Silat Karo adalah dari ayahnya. Ketika masih bocah sang ayah memberikan kepadanya kitab silat karya  ayahnya. Menurut Yakinsyah ayahnya benar-benar paham teori bersilat, tetapi kurang dalam praktik. Untuk itulah sang ayah mencarikannya seorang guru.
Di Belanda Yakinsyah mengaku tidak terlalu dekat dengan media yang memungkinkan dia memperluas pengaruh Silat Karo di sana. Walaupun demikian Yakinsyah benar-benar yakin Silat Karo akan mendapatkan tempat tersendiri di tengah perubahan perubahan zaman. “Saya sangat optimis, karena jurus ndikkar Karo itu adalah jurus hidup selalu disesuaikan dengan situasi kehidupan pada zamannya,” tutur Yakinsyah.
Yakinsyah mengakui ia mulai jenuh di tinggal Belanda. Ada kerinduan yang amat sangat tergambar di wajah sang pendekar untuk kembali ke tanah kelahirannya. “Saya berniat berladang jagung sembari mendirikan perguruan Silat Karo di kampung. Sebagian hasil menjual jagung bisa dimanfaatkan mendirikan semacam perguruan Silat Karo,” kata Yakinsyah. Di masa depan adalah harapan bersama komunitas Karo akan terbit sebuah kitab tentang Silat Karo sebagai jurus yang adiwacana


Refrensi                : http://vinsensius.info/index.php/2011/08/inilah-nasib-silat-karo/

Galeri Buku Karo

Galeri Buku Karo

 Hanging Without a Rope

Buku antropologi tentang  Karo ditulis Mary Margareth Steedly seorang Guru Besar dari Princenton University, US. Buku ini mendeskripsikan masyarakat di dataran tinggi Karo mulai sejak pra kolonial, masa penjajahan dan setelah kemerdekaan. Berbagai aspek kehidupan disorot, seperti organisasi sosial, kepercayaan, sistem pasar/perdagangan yang masih barter. Penduduk membawa hasil bumi dari dataran tinggi ke dataran rendah (Medan) menempuh jalan setapak selama 6 hari dan menukarnya dengan garam, senapan, linen, dll. Mereka dikenal dengan sebutan Perlanja Sira. Para missionaris mulai memperkenalkan sistem pendidikan kepada penduduk di sana dengan mengajarkan baca tulis dan berhitung.


Judul : Hanging Without a Rope (Nggantung La Ertinali)
- Narrative Expeience in Colonial and Postcolonial Karoland -
Penulis: Mary Margaret Steedly
Penerbit: Princenton University Press, New Jersey
Tahun: 1993

Dissociated Identities

Rita Smith Kipp banyak meneliti dan menulis tentang Karo. Profesor dari University of Machigan, US ini, selain menulis buku Dissociated Identities juga menulis buku The Early Years of a Dutch Collonial Mission - The Karo Field. Bersama suaminya Richard Kipp yang juga seorang antropolog, menulis tentang perkembangan masyarakat Karo mula-mula. Dalam penelitiannya tentang Karo banyak dibantu oleh Amin Ridwan, Payung Bangun, Pdt. A Ginting Suka, dll. Dalam buku The Early Years of a Dutch Colonial, ia banyak menulis tentang sejarah penginjilan kepada masyarakat Karo dari Netherlands Zendeling Genootschap. Pada satu bagian ia menulis, bahwa penginjilan kepada Karo guna memperlunak perlawanan orang Karo kepada kolonial, di perusahaan tembakau. Buah penginjilaan itu adalah GBKP yang dahulu dikenal dengan Gereja Kristen Karo.

Judul : Dissociated Identities - Ethnicity, Religion, and Class in an Indonesian Society
Penulis: Rita Smith Kipp





Refrensi           : http://www.bukukaro.com/2010_07_01_archive.html

Kalender Karo

Kalender Karo

Kalender Suku Karo mempunyai nama-nama tanggal, hari, dan bulan serta pembagian waktu, demikian juga nama-nama dari arah mata angin. Satu tahun dihitung 12 bulan, dan 1 bulan dihitung 30 hari.

Nama-nama bulan

Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:
  • Bulan Sipaka sada merupakan bulan kambing
  • Bulan Sipaka dua merupakan bulan lampu
  • Bulan Sipaka telu merupakan bulan gaya (cacing)
  • Bulan Sipaka empat merupakan bulan katak
  • Bulan Sipaka lima merupakan bulan arimo (harimau)
  • Bulan Sipaka enem merupakan bulan kuliki (elang)
  • Bulan Sipaka pitu merupakan bulan kayu
  • Bulan Sipaka waluh merupakan bulan tambak (kolam)
  • Bulan Sipaka siwah merupakan bulan gayo (kepiting)
  • Bulan Sipaka sepuluh merupakan bulan belobat baluat atau balobat (sejenis alat musik tiup)
  • Bulan Sipaka sepuluh sada merupakan bulan batu
  • Bulan Sipaka sepuluh dua merupakan bulan nurung (ikan)

Nama-nama hari

Nama-nama hari pada suku Karo apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata bahasa Sanskerta. Setiap hari dari tanggal itu mempunyai makna atau pengertian tertentu. Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, berperang ke medan laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya. selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok. Di sinilah besarnya peranan "guru si beloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan serasi), yang dengan perhitungannya secara seksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.
Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
  1. Aditia
  2. Suma
  3. Nggara
  4. Budaha
  5. Beras pati
  6. Cukra enem
  7. Belah naik
  8. Aditia naik
  9. Sumana siwah
  10. Nggara sepuluh
  11. Budaha ngadep
  12. Beras pati tangkep
  13. Cukera dudu (lau)
  14. Belah purnama raya
  15. Tula 
  16. Suma cepik
  17. Nggara enggo tula
  18. Budaha gok
  19. Beras pati
  20. Cukra si 20
  21. Belah turun
  22. Aditia turun
  23. Sumana mate
  24. Nggara simbelin
  25. Budaha medem
  26. Beras pati medem
  27. Cukrana mate
  28. Mate bulan ngulak
  29. Dalan bulan
  30. Sami sara 

Refrensi           : http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Karo

Suku Karo

Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.

Orang Karo

Daftar isi

Eksistensi Kerajaan Haru-Karo

Kerajaan Haru-Karo (Kerajaan Aru) mulai menjadi kerajaan besar di Sumatera, namun tidak diketahui secara pasti kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra, dalam bukunya "Karo dari Zaman ke Zaman" mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera Utara yang rajanya bernama "Pa Lagan". Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan haru sudah ada?, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.(Darwan Prinst, SH :2004)
Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Johor, Malaka dan Aceh. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru pada masa keemasannya, pengaruhnya tersebar mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau.
Terdapat suku Karo di Aceh Besar yang dalam bahasa Aceh disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Ia menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari Batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarich Atjeh dan Nusantara" (1961) mengatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping terdapat kerajaan Islam terdapat pula kerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari ke-20 mukim bercampur dengan suku Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka.
Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau Kaum Tiga Ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus.
Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan suku Hindu dan mereka disebut sebagai kaum Ja Sandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imeum Peuet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya.

Wilayah Pengaruh Suku Karo

Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat bahwa Taneh Karo diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo karena meliputi:

Kabupaten Tanah Karo


Tanah Karo terletak di kaki Gunung Sinabung (foto diambil sekitar tahun 1917).
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil Markisa Jus yang terkenal hingga seluruh nusantara. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai atau "Taneh Karo Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut terites. Terites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-. Trites ini bahannya diambil dari isilambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran.Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan favorit yang suguhan pertama diberikan kepada yang dihormati.

Kota Medan

Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu Guru Patimpus Sembiring Pelawi.

Kota Binjai

Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota Medan disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Dairi

Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya sangat subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang sangat berkualitas. Sebagian Kabupaten Dairi yang merupakan bagian Taneh Karo:
  • Kecamatan Taneh Pinem
  • Kecamatan Tiga Lingga
  • Kecamatan Gunung Sitember

Kabupaten Aceh Tenggara

Taneh Karo di kabupaten Aceh Tenggara meliputi:
  • Kecamatan Lau Sigala-gala (Desa Lau Deski, Lau Perbunga, Lau Kinga)
  • Kecamatan Simpang Simadam

Marga

Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima. Kelima merga tersebut adalah:
  1. Karo-karo : Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sinulingga, Sitepu dll (Jumlah = 18)
  2. Tarigan : Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero dll (Jumlah = 13)
  3. Ginting: Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata, Manik, dll (Jumlah = 16)
  4. Sembiring: Sembiring si banci man biang (sembiring yang boleh makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); Sembiring simantangken biang (sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi dll (Jumlah = 15)
  5. Perangin-angin: Bangun, Kacinambun, Perbesi,Sebayang, Pinem, Sinurat dll (Jumlah = 18)
Total semua submerga adalah = 84
Kelima merga ini masih mempunyai submerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Merga diperoleh secara turun termurun dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)ersenina, demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama, maka mereka disebut juga (b)ersenina. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut erturang, sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga Sembiring dan Peranginangin ada yang dapat menikah di antara mereka.

Rakut Sitelu

Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Arti rakut sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
  1. kalimbubu
  2. anak beru
  3. senina
Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi isteri, anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti. dll ok

Tutur Siwaluh

Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
  1. puang kalimbubu
  2. kalimbubu
  3. senina
  4. sembuyak
  5. senina sipemeren
  6. senina sepengalon/sedalanen
  7. anak beru
  8. anak beru menteri
Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
  1. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
  2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
    • Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
    • Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.
    • Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
  3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
  4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).
  5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.
  6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
  7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas:
    • anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
    • Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.
  8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.

Aksara

Aksara Karo

Aksara Karo
Aksara Karo ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek

Kebudayaan tradisional

Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, di antaranya tari tradisional:
Suku Karo juga memiliki drama tradisional yang disebut dengan kata Gundala.

Kegiatan Budaya

  • Merdang merdem = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
  • Mahpah = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
  • Mengket Rumah Mbaru - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru.
  • Mbesur-mbesuri - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting.
  • Ndilo Udan - memanggil hujan.
  • Rebu-rebu - mirip pesta "kerja tahun".
  • Ngumbung - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
  • Erpangir Ku Lau - penyucian diri (untuk membuang sial).
  • Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
  • Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapi.
  • Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
  • Ngaloken Rawit - Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau celurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.

Galeri

Senin, 10 Desember 2012

Asal Usul Nama Gunung Sibayak

Asal Usul Nama Gunung Sibayak

Saya pernah dengar cerita dari Nini Bulang saya mengenai Gunung Sibayak, asal usul nama dari Gunung Sibayak, kenapa namanya dibuat Sibayak Pada zaman dulu katanya ada satu keluarga yang tinggal di Tanah Karo tidak jauh dari lereng Gunung Sibayak yang sangat miskin dan dia mempunyai dua orang Putra, Kira-kira putra yang pertama pada umur 17 tahun dan putra kedua berumur 15 tahun. Ayah mereka terserang penyakit dan meninggal dan satu tahun kemudian menyusul juga Ibu dari anak tersebut sakit dan meninggal juga. Jadi tinggal-lah dua putranya menjadi anak melumang ( Yatim piatu ), begitulah mereka menjalani hari-hari tanpa didampingi Ayah dan Ibu.
Waktu berjalan padi yang ditinggalkan semasa Ayah dan Ibu mereka masih hidup sudah berangsur-angsur habis. Mau tidak mau dua putra tersebut mencari lahan yang baru dan subur bermaksud ingin menanam padi. Merekapun sudah mendapatkan lahan yang mereka anggap subur dan bagus sekali untuk ditanami padi tepatnya tidak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal dilereng Gunung Sibayak yang dulunya nama gunung tersebut belum dinamakan Gunung Sibayak tentunya.
Jadi kedua putra tersebut sepakat menggarap dan membuka lahan tersebut dan mereka tanpa pikir panjang selesai membuka lahan, dibakar dan dibersihkan dan segera mereka langsung menanaminya padi. Hari-hari berjalan padi yang mereka tanam tumbuh bagus karena memang lahan baru yang sangat subur tentunya. pada umur kira-kira 2,5 bulan padi yang tumbuh subur sudah rata mengeluarkan buahnya dan sangat indah untuk dipandang mata. Mulai pada saat itu jugalah kedua putra tersebut harus setiap hari mulai dari pagi sampai matahari terbenam selalu berada diladang untuk menjaga padi mereka dari hama Babi hutan dan Monyet yang pada saat itu masih sangat banyak sekali.
Disela-sela mereka menjaga padi mereka juga meratakan sedikit tanah bermaksud ingin mendirikan sebuah Pantar atau bisa disebut gubuk kecil yang tinggi untuk memantau sekeliling ladang mereka dari atas. Pada saat mereka menggali dan meratakan lokasi Pantar tersebut tiba-tiba anak bungsu dari dua putra tersebut tersentak dan sedikit terkejut mendengar benturan alat yang dia tancapkan ketanah seakan-akan mengenai sebuah batu atau besi yang apabila berbenturan dengan benda keras lainnya mengeluarkan api.
Sibungsu inipun dengan segera memanggil saudaranya dan mereka menggali dan mengeluarkan benda tersebut. Setelah mereka berhasil mengeluarkan benda tersebut rupanya mereka menemukan sebuah priuk ( Kudin ) tertutup rapi yang terbuat dari kuningan pada zaman dulu.
Mereka berdua juga bertatapan mata yah pastinya dihati perasaaan sedikit senang lumayan bisa buat masak nasi atau merebus air ditengah ladang. Setelah dibersihkan bagian luar benda tersebut dan mereka bermaksud membersihkan bagian dalamnya rupanya didalam priuk tersebut ada sebuah benda kira-kira sebesar 2 gepalan tangan orang dewasa. Mereka langsung mengeluarkan benda tersebut dan mengusap-usap bagian luarnya, benda itu mulai kelihatan berkilau dan berwarna kuning.
Kedua putra tersebut semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jelas apa barang tersebut walaupun dalam benak mereka berdua sudah ada kemungkinan barang tersebut Emas yang sengaja disimpan tuan-tuan tanah yang kaya raya karena takut dirampas oleh musuh-musuhnya. yang tertua dari kedua putra tersebut langsung menggigit bagian tepi benda tersebut hasilnya bekas gigi anak tersebut langsung melesup dan meninggalkan bekas sepertinya tidak sekeras batu atau besi yang apabila digigit tidak akan melesup dan meninggalkan bekas.
Putra sulung dari kedua putra tersebut semakin merasa pasti bahwa benda tersebut adalah Emas dan dia juga langsung memastikan kepada adiknya kita akan kaya raya karena ini adalah emas peninggalan nenek moyang Zaman dulu dan memang anggapan mereka benar karena memang benar barang yang mereka temukan itu adalah Emas.
Matahari semakin redup, haripun sudah mulai gelap, kedua putra tersebut sepakat untuk pulang dan membawa benda yang mereka temukan ke-Gubuk yang tidak begitu jauh dari ladang itu. Pada malam hari selesai santap malam kedua putra tersebut juga kembali berembuk bagaimana caranya supaya benda tersebut bisa dijual dan akan mendapatkan uang yang banyak tentunya.
Kesepakatanpun akhirnya mereka dapatkan dimana kalau kedua Putra tersebut pergi ke Kota untuk menemui pembeli barang tersebut
tidak bisa dilakukan, sebab salah satu orang harus menjaga padi mereka diladang dari hama babi dan monyet yang sangat ganas dan siap menghabiskan padi yang sudah mulai menguning.
Keputusanpun akhirnya diambil bahwa putra sulung akan pergi keKota untuk menjual benda yang mereka temukan tersebut dan anak yang bungsu tetap pergi keladang untuk menjaga padi dengan kesepakatan akan mebawa semua hasil penjualan keladang dan pastinya dibagi sama rata.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali kedua putra tersebutpun beranjak pergi dimana yang bungsu berangkat keladang dan yang Sulung berangkat keKota.
Tibalah putra yang sulung ditempat berkumpulnya orang-orang kaya biasanya berjual beli sesuatu yang dibutuhkan termasuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, cabe, ayam, Kuda dan sebagainya yang tentunya datang dari berbagai daerah.
Mulailah putra sulung ini mendekati sekumpulan orang yang dia anggap bisa membeli benda yang dia temukan itu. tawar menawarpun hargapun akhirnya terjadi, tapi karena tawaran dari pembeli ini belum dianggap pantas maka putra sulung ini melanjutkan perjalanannya ketempat yang lebih rame yaitu: Kaban Jahe, disitu ia langsung menemui sekumpulan orang yang dianggap juga bisa membeli barang tersebut.
Tawar menawar hargapun kembali terjadi, salah satu dari yang menawar ini yang sangat kaya raya saat itu tertarik karena dia sudah bisa memastikan langsung bahwa benda itu adalah Emas dan dia langsung mengajak putra sulung ini kerumahnya dan menawarkan lembaran uang kertas tertinggi pada saat itu satu karung ditukar dengan benda tersebut tanpa dihitung berapa jumlahnya.
Putra sulung inipun tidak berpikir panjang dan menerima tawar orang tersebut karena uang yang ditawarkan itu memang sangat banyak sekali jumlahnya. Dengan uang sebanyak itu bisa langsung membuat dia sebagai orang yang sangat kaya raya. Putra sulung inipun langsung mengikat sebelah dari lobang sarung yang ia selempangkan dari ladang dan memasukkan uang tersebut.
Dia memasukkan uang kertas tersebut sambil menekan-nekan supaya muat kedalam sarung tersebut dan dia langsung mengikat lobang sarung yang satunya seolah-olah seperti dia memabawa hasil panen dari ladang dan siapapun tidak menyangka bahwa isinya sebenarnya adalah uang.
Tanpa berbasa-basi yang panjang putra sulung inipun langsung berpamitan pulang dan membawa karung tersebut menelusuri jalan
pulang. Pastinya dia akan kembali jalan kaki melewati Berastagi menuju lereng Gunung Sibayak yang kita sebut sekarang.
Sesampainya di Berastagi dia berhenti sebentar untuk melepas dahaga karena maklum berjalan kaki dari Kabanjahe ke Berastagi ternyat cukup melelahkan dirinya. Dipemberhentiannya itulah pikiranpun mulai berdatangan silih berganti maksud hatinya mau dibagaimanakan uang tersebut. Diapun beranjak dari pemberhentiannya setelah mengeluarkan beberapa lemabar uang tersebut dan menghampiri para penjaja makanan yang mereka sangat idam-idamkan dirumah selama ini.
Putra sulung tersebut juga membungkus makanan-makanan tersebut dengan jumlah yang lumayan banyak sekali. Tak lupa juga dari situ dia mampir ketoko-toko kecil yang ada dipinggiran jalan yang biasa dibuka para pendatang untuk menjajakan
penyubur dan pembasmi hama-hama tanaman.
Hari sudah sore putra sulung tersebutpun bergegas untuk melanjutkan perjalanan pulang keladang maklum tidak
menyiapkan obor untuk persiapan apabila kemalaman dijalan. Kira-kira setengah jam lagi perjalanan sampai digubuk putra sulung inipun kembali berhenti dan membuka semua makanan yang dia beli tadi, tidak lupa juga sekalian membuka bungkusan kecil yang dia beli dari Toko-toko kecil yang menjajakan penyubur dan pembasmi hama tersebut.
Tanpa berpikir panjang diapun mengaduk bahan itu kedalam semua makanan yang dia bawa maksud hati supaya isi dari ikatan sarung yang dia bawa tidak akan ada perbagian dan menjadi milik sendiri. Diapun cepat-cepat meneruskan perjalanan pulangnya ke Gubuk tua peninggalan dari orang tuanya tersebut, sesampainya di Gubuk dia tidak menemukan adiknya, memang hari belum begitu gelap sudah pasti adiknya masih diladang untuk menjaga padi dari ganasnya hama.
Tanpa menurunkan satupun barang yang dia bawa diapun langsung bergegas menuju ladang bermaksud menemukan sang adik.
Keseharian adiknya yang menjaga padi dari hama-hama tersebut rupanya perasaan yang sama juga dia rasakan, bagaimana dan diapakan nanti uang tersebut apabila si Abang datang dan akan membawa uang yang sangat banyak. Semenjak itu juga dia lengah manjaga padi dan dia bergegas untuk memasang ranjau ( Ragem ) yang terbuat dari tajamnya bambu dan ditarik penyambuk kayu yang dilengkungkan.
Disetiap jalan masuk dari Gubuk mereka yang menuju ladang sudah terpasang rapi dan siap menelan korban apabila tersentuh seutas tali yang dikaitkan ke penyambuk tersebut. Memang Inisiatip sang adik pas sasaran karena putra sulung yang lagi tergesa-gesa menuju ladang langsung terperanjak dan bersimbah darah tanpa sempat memberikan kata-kata terakhir.
Putra bungsu itupun langsung menghampiri abangnya, dia menemukan abangnya yang sudah tidak bernyawa dia tidak menghiraukan abangnya dan langsung membuka bungkusan sarung yang dibawa abangnya tersebut. Putra bungsu tersebutpun kagum dan sangat senang melihat uang kertas yang sangat begitu banyak. Disitulah dia melihat bungkusan satunya yang belum sempat lepas dari genggaman abangnya itu. Pelan-pelan dia menarik bungkusan itu dan membukanya, perasaan senangpun kian bertambah karena melihat isinya semua makanan yang sangat enak.
Tanpa berpikir panjang diapun langsung menyantap makanan itu maklum lapar seharian menjaga padi diladang. belum selesai menghabiskan makanan itu putra bungsu inipun sudah mulai merasakan mual bercampur pusing tanpa pergerakan yang jauh
diapun terjatuh dan meninggal.
Dari cerita inilah diketahui tidaklah ada orang yang kaya ( Bayak ) semua kembali ke Gunung itu, Gunung itulah yang sebenarnya kaya ( Bayak ) maka disebutlah dia Gunung Sibayak.
***
Saya tidak tahu kebenaran cerita ini yang sesungguhnya apakah ini hanya sekedar dongeng yang diceritakan Bapak saya sebelum saya tertidur bermaksud supaya saya tidak berkeliaran main. Namun saya pikir adalah ini hanya Karo dan Ceritanya dibuat Karo dan terjadinya ada diKaro tambah yang membuat adalah Karo.
Saya hanya percaya Karo / orang Karo yang diciptakan oleh Tuhan semenjak ia menjadikan langit bumi beserta isinya. Tertarik Asal Usul Karo Versi Drs Janggun Sitepu tinggal menambahkan kedepan dan kebelakang cerita tersebut. Kebelakangnya mungkin sewaktu bangsa Israel membangun menara yang tinggi bermaksud supaya bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan disitulah Tuhan marah dan pada saat itu juga terjadilah manusia masing-masing, tidak saling mengetahui baik dari bahasa dan kebudayan yang satu sama yang lain. Dan pada saat itu jugalah salah satu dari pasangan tersebut mereka adalah Orang Karo dengan bahasanya sendiri dan mengarah kepada masing-masing tempat yang diarahkan Tuhan tentunya. Dari situlah Tuhan mengarahkan satu pasang ini ketempat Karo dan mempunyai lima orang anak laki-laki semua dan seterusnya dan seterusnya.
Melala bujur ras Mejuah-juah,
Robinson Sitepu
Shizuoka-ken Japan
milis karo

Incoming search terms:

  • sejarah gunung sibayak (39)
  • cerita rakyat dari tanah karo (20)
  • asal usul gunung sibayak (12)
  • asal mula gunung sinabung (11)
  • asal mula tanah karo (11)
  • asal usul tanah karo (9)
  • legenda tanah karo (8)
  • cerita legenda gunung sinabung (7)
  • cerita terjadinya gunung sinabung dan gunung sibayak (5)
  • cerita gunung sinabung (5)

Refrensi         : http://www.karo.or.id/asal-usul-nama-gunung-sibayak/

Rumah Adat Karo Dinominasikan untuk Restorasi 2012

Rumah Adat Karo Dinominasikan untuk Restorasi 2012

Rumah adat Karo adalah salah satu diantara 65 Warisan Budaya Dunia yang dinominasikan oleh World Monuments Fund (WMF) untuk direstorasi di tahun 2012.
Rumah Adat Karo
Sebagian besar Warisan Budaya Dunia yang mendapat nominasi oleh WMF ini terdapat di USA (9), UK (4), India (4), Haiti (3), Argentina (3), Turkey (3), Mexico (3), Peru (3) dan Japan (3). Adapun negara-negara yang mendapat 2 nominasi adalah China, Colombia, Guatemala dan Spanyol.
Rumah adat Karo adalah satu-satunya yang dinominasikan dari Indonesia. Adapun negara-negara lain yang mendapat jatah 1 nominasi adalah Belize, Benin, Bhutan, Brazil, Burkina Faso, Cayman Islands, Cuba, Dominican Republic, Ghana, Greece, Jordan, Kazakhstan, Macedonia, Madagascar, Netherlands, New Zealands, Palestina, Panama, Polandia, Portugal, Saint Helena, Tunisia dan Turkmenistan.
Rumah Adat Karo
http://flic.kr/p/6tnMUs
Menanggapi dinomininasikannya rumah adat Karo untuk direstorasi pada tahun 2012, Juara R. Ginting yang menjadi kordinator “Koin Untuk Rumah Adat Karo” mengaku sangat gembira. “Gerakan koin yang kita lakukan bukan untuk mencari dana merestorasi semua rumah adat Karo. Kita coba memperbaiki Rumah Suah di Desa Melas dengan uang yang terkumpul dari gerakan pengumpulan koin, tapi sekalian kita menunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang Karo sendiri sangat prihatin terhadap warisan budayanya ini sehingga masyarakat dunia meraa turut berhutang membantu pelestariannya,” kata Juara.
Selanjutnya Juara menjelaskan kepada SoraSirulo.Net: “Tabloid Sora Sirulo akan meneruskan Gerakan Koin Untuk Rumah Adat Karo. Belakangan ini gerakan koin sedikit tersendat karena ketidakcocokkan dengan organisasi partner. Sekarang, kita meneruskan gerakan ini secara sendirian.” (sorasirulo)

Incoming search terms:

  • rumah karo (31)
  • rumah adat brazil (13)
  • FOTO RUMAH ADAT KARO (12)
  • foto budaya karo (5)
  • rumah adat di Brazil (4)
  • rumah adat mexico (4)
  • ornamen rumah adat tradisional karo (3)
  • rumah adat peru (2)
  • rumah adat meksiko (2)
  • Budaya Negara Peru (2)
Refrensi              : http://www.karo.or.id/rumah-adat-karo-dinominasikan-untuk-restorasi-2012/

Pecatur Karo Yang Mendunia

Pecatur Karo Yang Mendunia

 

Inilah tugu catur di kota Kabanjahe, tugu yang tak terawat dan terlihat bagaimana kepala kuda catur tersebut sedang menjunjung gulungan kabel PLN, padahal itu salah satu tugu yang menjadi simbol bahwa masyarakat Tanah Karo sangat cerdas di bidang olah raga catur, dan pernah sangat disegani di dunia catur, bahkan kalau gak salah pernah ada pecatur tanah karo (Pa Kantur alias Sinarsar Purba) yang di bawa oleh kolonial Belanda untuk melakukan pertandingan simultan catur di Belanda, melawan 20 orang dan hampir semuanya kalah dibuatnya kecuali remis dengan seorang pecatur Belanda yaitu Max Euwe yang beberapa tahun kemudian menjadi juara dunia catur, dan berpuluh tahun kemudian menjadi ketua (
FIDE) Federasi Catur Internasional.
Dan menurut beberapa sumber, sepulangnya Pa Kantur dari negeri Belanda, beberapa tahun kemudian saat Max Euwe menjadi juara catur dunia, ada olok-olok/sindiran halus didunia catur Tanah Karo yang ditujukan kepada pa Kantur…“andaikata kamu gak kembali ke Tanah Karo dan menetap saja di Belanda, mungkin kamulah yang menjadi juara dunia catur”
Ini soal sejarah dan bukan sejarah sembarangan, tentang sebuah permainan yang membutuhkan konsentrasi dan diakui dunia, ada kejuaraan dunianya dan menyangkut kecerdasan. Sedih melihat dunia catur Tanah Karo seperti sekarang ini, apa ada event-event pertandingan catur di Tanah Karo? padahal begitu banyak bakat. Semoga bisa ditulis ulang sejarah seperti Pa Kantur ini, Merlep Ginting dan master-master catur lainnya yang berasal dari Tanah Karo. Ini soal kebanggaan daerah, nilai plus daerah, dan semoga Tugu Catur bukan hanya sebagai hiasan kota yang semakin semrawut saja, semoga ada kesadaran dari pihak-pihak terkait untuk betul-betul memajukan dunia catur di Tanah Karo.
Selayaknya Pengda Percasi Tanah Karo membuat tulisan ulang tentang sejarah mereka ini terutama Pa Kantur alias Sinarsar Purba itu. Bayangkan menahan remis seorang Max Euwe yang beberapa tahun kemudian menjadi juara dunia catur dan Max Euwe ini pernah menjadi president catur or ketua Federasi Catur Dunia (FIDE), bahkan seorang Utut Adianto pun belum bisa melakukan itu.
Paling tidak melalui dunia internet ini bisa kita rekonstruksi ulang sejarah tersebut, kalau ada yang tahu dari mana asal/kampung Pa Kantur tersebut serta Merlep Ginting masih bisa kita temui keluarganya, semoga masih ada foto-fotonya, kalaupun tidak ada lagi, paling tidak kuburan dan batu nisan nya pun bisa kita foto. Ini menjadi satu tantangan bagi yang hobi menulis, termasuk kaum jurnalis untuk menulis ulang sejarah yang bisa jadi kebanggan generasi muda Karo dan memotivasi mereka yg memang memiliki minat tinggi di bidang olah raga asah otak ini. I LOVE TANAH KARO BESERTA SEJARAHNYA!

Incoming search terms:

  • Pecatur karo (10)
  • sejarah tanah karo (2)
  • asah otak tentang bidang tanah (2)
  • sejarah tugu tanah karo (2)
  • sejarah tugu Pecatur Karo Yang Mendunia (2)
  • sejarah tugu pecatur (2)
  • sejarah tugu di tanah karo (1)
  • asah otak bidang tanah (1)
  • sejarah purba karo (1)
  • merlep ginting (1)

Refrensi         : http://www.karo.or.id/pecatur-karo-yang-mendunia/

Sekilas Profil Karina Br Ginting





Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia yang Baru

Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia yang Baru

Longgena Ginting ditetapkan sebagai Kepala Greenpeace Indonesia yang baru. Ginting mempunyai rekam jejak positif dalam gerakan lingkungan di Indonesia, dan diharapkan akan memperkuat upaya Greenpeace dalam memastikan masa depan yang lebih hijau, bersih dan damai bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Dengan gembira Greenpeace Indonesia menyambut Longgena Ginting. Kami optimistis ia akan mampu memimpin Greenpeace Indonesia untuk meraih cita-cita ambisius dalam melindungi warisan alam Indonesia dari perusakan,” ujar Harry Surjadi, Greenpeace Indonesia Board, dalam keterangan pers yang diterima KBR68H.
Lahir di Sumatra Utara, Ginting mendedikasikan karirnya dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan social di Indonesia. Ia memulai perjalanannya sebagai aktivis lingkungan di Kalimantan, bersama Plasma Foundation memperjuangkan hak-hak masyarakat adat atas tanah mereka. Ia kemudian bergabung dengan Walhi sebagai jurukampanye hutan sebelum akhirnya menjadi Direktur Eksekutif.
Pada 2004 ia bergabung dengan Friends of the Earth International sebagai koordinator kampanye internasional, focus kepada institusi finansial global (IFL – International Financial Institution). Longgena juga pernah menjadi bagian di World Rainforest Movement (WRM) dan menjadi board di the Global Forest Coalition.
“Bumi sedang menghadapi ancaman yang belum pernah kita saksikan sebelumnya, dan tak pelak lagi saat ini kita harus menemukan cara untuk bertahan di planet ini dengan segala batasan-batasan ekologisnya,” tegas Longgena.
“Dengan senang hati saya menerima tugas ini karena Greenpeace telah terbukti konsisten dalam berkampanye demi perubahan positif bagi lingkungan, dan secara independen berhadap-hadapan dengan pihak perusak lingkungan. Greenpeace juga membantu masyarakat yang terkena dampak buruk perusakan lingkungan, membantu Negara mengimplementasikan solusi-solusi nyata, dan bersuara bersama segenap pihak demi mempertahankan bumi bagi anak dan cucu kita.”ujarnya.
“Belum terlambat untuk menyelamatkan lingkungan Indonesia yang unik dan berharga ini, tetapi untuk mewujudkannya butuh upaya semua pihak. Tidak hanya para aktivis lingkungan, tetapi juga pihak pemerintah dan para pemimpin dunia industri.”kata Longgena.
“Untuk mewujudkan hal ini, Greenpeace akan bekerja sama dengan seluruh gerakan lingkungan dan sosial di Indonesia. Dengan dukungan seluruh masyarakat Indonesia, kami yakin akan mampu mewujudkan keadilan sosial dan ekologis di Indonesia,” pungkas Longgena. kbr68h

Refrensi         : http://www.karo.or.id/longgena-ginting-kepala-greenpeace-indonesia-yang-baru/

Adat Karo

Ngelegi Perembah


kalak erjabuNgelegi perembah (menyelesaikan utang adat ke pihak kalaimbubu) merupakan rutinitas menyambung kerja adat karo diwaktu yang ditentukan kemudian. Dalam tradisi adat masyarakat Karo suatu perkerjaan pelaksanaan adat dapat ditunda seperti ndungi kerja adat ngelegi perembah dan lain lain. Walaupun satu keluarga telah lama berumah tangga, namun saat mereka kawin dan disahkan menjadi tua-tua (suami/isteri peradatan mereka seperti “Nggalari Utang Adat” kepada kalimbubu sebagaimana lajimnya yang berlaku dalam adat perkawinan belum di adati secara tuntas. Bahkan pasangan suami-istri selama berumah tangga telah mempunyai keturunan/anak, malahan memiliki kempu (cucu) sekalipun.
Biasanya atas permohonan/perembukan pihak si empo, penundaan tersebut karena keluarga di pihak si empo belum siap, namun pihak keluarga si empo memberikan komitmen kepada pihak keluarga si tersereh lewat anak berunya kepada anak beru si tersereh guna disampaikan kepada kalimbubu (pemberi dara). Kesepakatan kerja ndungi adat Karo, bakal (dilaksanakan dalam situasi/kondisi pihak keluarga si empo cukup baik). Meminjam istilah orang tua di zaman dulu pesta adat tersebut dilaksanakan dung peranin mbuah page (usai padi di panen dan hasilnya melimpah ruah), merih asuh-asuhen seperti kerbau, lembu, kambing, ayam, dan sangap encari. Maknanya, bila mana pihak keluarga si empo sudah mempersiapkan perhelatan pesta adat perkawinan ini dan Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan usaha sampai berhasil serta memberikan kekuatan kekuatan lahir/bathin, baru kerja ndungi adat Karo tadi direalisir sepenuhnya melalui kesepakatan sangkep nggeluh kedua belah pihak.
Perkawinan yang membuahkan keturunan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, bila lahir anak laki- laki menurut anggapan masyarakat Karo anak tersebut adalah merupakan “sangap kalimbubu” (mama/mami). Bila lahir perempuan maka anak ini merupakan “sangap anak beru” (bengkila/bibi) keluarga tadi. Harapan dan niat baik orang tua bila anak mereka menjadi dewasa dapat bertemu “kawin sama impal” (singumban). Agar tali kekeluargaan tetap terjaga dan semakin erat.
Perkawinan tradisionil seperti ini sering terlaksana walaupun tidak menjadi keharusan, karena banyak pula perkawinan bukan dengan impal. Bahkan dewasa ini telah terjadi perkawinan antar suku/asimilasi bahkan dengan orang – orang asing (bukan orang Indonesia). Ketika upacara kerja ndungi adat/ Nggalari Perembah berlangsung mulai dari tahap acara meng-osei (pakian adat Karo) kepada pihak si empo/sinereh dan keturunannya semua ketentuan adat Karo diwujudkan dalam seremonial. Masyarakat (suku) sampai kini terikat, acara kemasyarakatannya kepada “Sangkep Si Telu” dengan keterangan sebagai berikut :
1. Sangkep pemena sukut (kelompok sembuyak dan senina yang menjadi persukuten)
2. Sangkep peduaken kalimbubu (kelompok pihak ayah atau saudara laki- laki dari istri kita yang menjadi si nangar-nangari (pemberi nasehat dan pertimbangan)
3. Sangkep peteluken : Anak Beru (kelompok anak dari bibi atau suami bibi kita serta suami dari saudara perempuan kita ataupun anaknya yang menjadi natang ranan atau sindungi dahin
Sangkep si telu (kelompok tiga) inilah selalu harus di hadirken setiap ada musyuawarah. Lengkaplah sudah menurut kemasyarakatan suku Karo dengan setiap keputusan rakut sitelu. Jadi kedudukan Sangkep Si Telu dan Rakut Si Telu dapat disamakan. Menindak lanjuti pembicaran “Kerja Adat Karo Ngelegi Perembah”, maka keluarga sukut si empo dan keluarga sukut sinereh kembali bertemu :
Keluarga Sukut Siempo:
1. Bapa/Nande simupus
2. Bapa/Nande sipempoken
3. Senina
4. Anak beru singerana
5. Anak beru cekoh baka
Keluarga Sukut Sinereh:
1. Bapa nande simupus
2. Bapa/ Nande Sinerehken
3. Senina
4. Anak beru singerana
5. Anak beru cekoh baka.
Dalam foum acara Ngelegi Perembah/Ndungi dahin utang adat karo kepada kalimbubu pihak anak beru antara si empo dan sinereh menyelesaikan acar adat yang belum tuntas di masa lalu. Acara Adat : maba belo selambar (sekapur sirih dan nganting manuk) tidak dilakukan lagi karena acara adat ini telah dilaksanakan ketika penganten disahkan menjadi suami/istri (tua- tua).
Yang perlu ditempuh dan diselesaikan serta menjadi keharusen secara menyeluruh dalam acara adat Karo hanya berkisar tentang pelaksanaan : tukur (mas kawin/utang mahar) , bebere, perkempun, perbibin, perkembaren. Selain itu perlu diketahui gantang tumba sebagai berikut : batang unjuken, yang menerima adalah orang tua perempuan. Singalo ulu emas, kalimbubu/impal dari bapak. Singalo bere-bere, mama/turang dari Nande/Ibu. Singalo perbibin, senina dari nande/ibu. Sirembah kulau/perkembaren, bibi turang ayah/bapak. Perseninan, senina.
Pada Event ini cara- cara yang dilakukan kepada kedua suami/isteri adalah ngosei mereka dengan pakaian adat karo selengkapnya. Begitu jugas kepada keturunan/anak-anak mereka dalam upacara seperti dibawah ini :
1. Pria (si empo) di-osei oleh pihak dari kalimbubu/pria.
2. Wanita (si tersereh)di- osei oleh pihak kalimbubu wanita.
3. Keturunan/anak- anak mereka yang laki- laki kepada mereka disandangkan uis nipes/gara oleh maminya (isteri pamannya)
4. Keturunan anak perumpuan merekadisandangkan uis nipes/ gara oleh bibinya (isteri bengkilanya).
5. Pemberian cendera mata berupa : cincin mas, kalung emas dan kado yang diberikan kepada anak mereka kepada anak laki- laki oleh mama/maminya kepada anak perempuan dan oleh bibi/bengkilanya.
Pemberian tersebut tidak terikat dalam adat, namun merupakan simbol kegembiraan dan doa restu belaka. Setelah suami-istri selesai di-osei , begitu pula upacara adat kepada keturunan/anak mereka, acara selanjutnya sebagai berikut : pengantin pria/wanita bersama keturunan/anak mereka dipersatukan bersama kedua pengantin , kemudian diselimuti bersama dengan uis gatip (kain adat Karo) di iringi doa restu dari kedua pihak kalimbubu. Acara selanjutnya kedua pengantin/anak mereka di jemput dan diarak beramai-ramai oleh anak beru menuju pentas pelaminan (di daulat kembali sebagi pengantin baru).
Agenda acara kemudian adalah pemberian kata sambutan (petuah- tuah) sesuai dengan jadwal yang telah di persiapkan sebelumnya sebagai berikut : ngerana sukut, sembuyak, sipemeren, siparibanen kemudian landek/menari bersama kedua pengantin sekeluarga. Ngerana kalaimbubu singalo ulu emas/bere-bere, kalimbubu singalo perkempun, singalo perbibin, dilanjutkan landek/menari bersama pengantin sekeluarga. Ngerana kalimbubu, puang kalimbubu, kalimbuibu singalo ciken-ciken, seterusnya landek bersama kedua pengantin sekeluarga. Ngerana Anak beru, anak beru Menteri, disambung landek bersama kedua pengantin sekeluraga. Ngerana mewakili tamu undangan dan teman meriah, kemudian landek bersama pengantin sekeluarga. Ngerana Pendeta atau yang mewakili dari pihak Geraja bagi yang beragama Kristen di lanjutkan dengan menari bersama. Ngerana kedua pengatin, guna ngampu ranan e kerina (menyambut seluruh kata sambutan yang disampaikan tersebut diatas).
Acara makan siang bersama dilakukan tepat jam 13.00, seandainya acara memberi nasehat/petuah belum selesai sebelum acara makan, maka pemberian nasehat/petuah di lanjutkan selesai makan bersama, biasanya upacara selesai jam 16.00 kalau anak berunya tepat mengaturkan waktunya. Ada kalanya dalam acara adat perkawinan dimeriahkan seperangkat gendang sarune atau keyboard, lajim juga setelah pemberian petuah/nasehat oleh terpuk keluarga disambung menari bersama terpuk tersebut. Juga biasa dilakukan setelah selesai “pedalan tembe tembe” dimana pengantin wanita dijemput oleh “terpuk si empo” (keluargta pengantin laki- laki) diadakan menari bersama, kemudian menari dan menyanyi kedua pengantinnya. pada saat itu banyak keluarga memberikan”sumbangan langsung untuk perjabun pengantin berupa lembaran- lembaran uang” kadang kadang sumbangan itu mencapai jutaan rupiah.
Mereken Perembah
Dalam acara ini pihak kalimbubu simada dareh datang ke rumah anak berunya menyerahkan perembah (kain gendongan Karo), karena Tuhan Yang Pengasih telah mengarunia anak berunya keturunan/anak ataupun cucu. Makna pemberian perembah ini semoga mereka mendapat kesehatan, murah rejeki dan anak- anak mereka menjadi berguna bagi Tuhan, keluarga , masyarakat. Selesai penyerahan perembah makan bersama dan acara ini tanpa peradatan adat Karo. (Ngajarsa Sinuraya)

Incoming search terms:

  • acara perkaninan adat karo kalimbubu singalo bere bere (2)
  • utang adat (2)
  • tukur pernikahan adat karo (2)
  • tradisi anak lahir dalam budaya kar (1)
  • tukur (mas kawin/utang mahar) dalam adat karo (1)
  • tukur dalam adat karo (1)
  • tukur pernikahan karo (1)
  • upacara adat karo mulai dari menikah hingga meninggal\ (1)
  • upacara perkawinan adat karo (1)
  • utang adat karo (1)


Perceraian dalam Masyarakat Karo

                                      
ceraiDalam kehidupan rumah tangga biasa terjadi perceraian antara sumai istri, demikian juga pada keluarga orang Karo. Perceraian ini tentu karena banyak sebab. Antara lain karena tidak ada lagi persesuaian antara suami istri. Bisa saja pihak suami menceraikan istrinya, atau istri yang mau meminta cerai. Menurut adat kebiasaan orang Karo, kalau selalu terjadi percekcokan suami istri, yang diketahui oleh kerabat, maka selalu diberikan saran agar mereka rukun kembali. Namun apa bila tidak juga terdamaikan, maka cara perceraian dimusyawarahkan oleh kerabat dengan penghulu yang dulu ikut menangani acara pernikahan mereka.

Adat Perjabun I Karo Timur


erjabu

Wilayah
Yang dimaksud dengan wilayah Karo Timur adalah kota/desa yang terletak disekitar jalan atau yang berdekatan dengan jalan mulai dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Dolok Silau dan Kecamatan Silima Kuta, yang masyarakatnya terdiri dari masyarakat Karo. Empat dari kecamatan itu terletak di daerah Kabupaten Deli Serdang dan selebihnya terletak di daerah Kabupaten Simalungun.
Keadaan permukaan bumi dimana masyarakat Karo yang tinggal di Kecamatan yang disebut diatas tadi sangat berbeda yaitu mulai dari datar, landai berbukit/bergunung dan bergelombang. Begitu juga jenis vegetasinya berbeda-beda pula. Perbedaan perbedaan itu sudah barang tentu akan menyebabkan cara dan gaya hidup masyarakatnya juga berbeda dan inilah yang menyebabkan adat istiadatnya juga berbeda. Perbedaan atau lebih jelas lagi karena pengaruh dari masyarakat lain yang dilingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, tidaklah mungkin kita menyajikan satu bentuk Adat Istiadat dari masyarakat karo di Wilayah Karo Timur. namun demikian di dalam garis- besarnya ada bentuk persamaannya. Khusus dalam “Adat Nggeluh” makna Adat Nggeluh Masyarakat Karo mengatakan Karo di Cingkes tidak dapat dianggap lebih murni dari pada di wilayah lainnya. Walaupun di kampung itu masih ada 13 buah rumah Adat yang masih di huni dan begitu juga di kampung sekitarnya seperti kampung Tanjung Purba, Bawang, Ujung Bawang dan Tambak Bawang masih ditemui rumah Adat Karo yang dihuni.
Adat Nggeluh
Maba Belo Selambar
Maba belo Selambar adalah tahap awal dari proses perkawinan yang akan silaksanakan secara adat.Sesudah si pemuda dan si pemudi mencapai kesepakatan untuk melangsungkan perkawinjan maka pihak si pemuda dengan perantaraan anak beru-nya menyampaikan niatnya untuk ngembah Belo Selambar dengan perantaraan anak beru sipemudi. Apa bila orang tua si pemudi sudah setuju maka kedua belah pihak ( pihak si pemuda dan pihak si pemudi ) masing-masing menyampaikan kepada sangkep nggeluhna supaya datang berkumpul pada hari yang sudah di tentukan untuk merembukkan mengenai niat maba belo selambar.
Yang harus dipersiapkan :
  1. kampil 6 buah dengan isinya berupa rokok dan korek api untuk laki-laki dan sirih, tembakau untuk wanita. Semua ini dipersiapkan oleh pihak laki- laki
  2. Makanan secukupnya, juga disediakan oleh pihak laki-laki.
Yang harus hadir :
Yang harus hadir adalah anak beru dari kedua belah pihak dan singalo bere-bere, singalo perkempun ras singalo perbibin dari pihak perempuan
Waktu Pertemuan
Pihak laki- laki dengan perantaraan anak beru meminta persetujuan waktu pertemuan pihak perempuan juga melalui anak beru-nya
Tempat Dan Waktu Pertemuan
Tempat pertemuan dirumah pihak perempuan dan waktu pada malam kira-kira pukul delapan pukul delapan.
Cara Pelaksanan
Setelah tiba waktu yang telah disepakati maka oleh anak beru pihak laki-laki ditanyakan kepada anak beru pihak perempuan. Sesudah ada ada jawabannya maka acara dapat dimulai dengan makan bersama. Makanan yang dihidangkan untuk orang tua si perempuan begitu juga kepada kalimbubunya harus dalam piring khusus dan harus pula ditutup. Tetapi hidangan untuk yang lain dapat dalam piring biasa (tidak khusus) dan tidak pula ditutup, sedangkan jenis makanan yang dihidangkan tidak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setelah selesai makan anak beru pihak laki- laki menanyakan kepada anak beru pihak perempuan apakah sudah selesai makan dan apakah sudah dapat diteruskan kepada pembicaraan lebih lanjut.
Hal-hal yang Dibicarakan
  1. Mengenai Niat si Pemuda dan si Pemudi Hendak Kawin
Setelah ada pernyataan dari anak beru pihak laki- laki kepada anak beru pihak perempuan bahwa si pemuda itu telah memadu kasih dengan si pemudi maka orang tua si pemudi dengan perantara seninannya menanyakan kebenaran itu kepada anaknya. Demikian juga orang tua perempuan melalui anak beru-nya ingin mengetahui kepastian dan kesungguhan si pemuda.Berikutnya oleh anak beru laki- laki ditanyakan kepada anak beru pihak perempuan apakah kampil (rokok, korek api, sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau) sudah dapat disampaikan kepada kalimbubu (orang tua perempuan) melalui seninanya. Apabila kalimbubu sudah bersedia ,maka kampil itu sudah merupakan jawaban bahwa kalimbubu (orang tua perempuan) sudah setuju perkawinana dilaksanakan. 6 buah kampil sudah disediakan oleh anak beru pihak laki- laki kepada anak beru pihak perempuan. Satu kampil diserahkan kembali kepada anak beru pihak laki- laki untuk diserahkan kepada singalo ulu emas. Lima buah kampil diserahkan kepada senina (senina orang tua perempuan) untuk disampaikan masing-masing kepada :
  1. satu kampil kepada sukut (Orang tua perempuan)
  2. satu kampil kepada singalo bere-bere
  3. satu kampil kepada singalo perkempun
  4. satu kampil kepada singalo perbibin
  5. satu kampil kepada anak beru dari senina sukut itu.
Kemudian setelah berjalan semua kampil (6 buah) berarti bahwa semua pihak dari sukut sudah merasa senang perkawinan dilaksanakan. Hal ini disampaikan kepada pihak kalimbubu singalo bere-bere seraya mohon pendapatnya,maka oleh anak beru sukut diserahkan satu kampil pengarihi yang sudah disediakan oleh anak beru pihak laki-laki, isi dari dari kampil pengarihi itu terdiri dari: rokok, korek api, sirih, kapur, pinang, gambir, dan tembakau. Dulu pada juga ada uang Rp. 1.200 , tetapi sekarang tidak diberlakukan lagu. Kemudian setelah kampil pengarihi diterima oleh singalo bere-bere maka ditanyakan kepada si perempuan apakah perkawinan karena senang hati dan tidak ada paksaan dari orang tua. Apabila yang kawin itu kepada impalna maka masih ditanyakan oleh anak beru akan upah yang diberikan oleh orang tua laki- laki berupa ladang/sawah, benda berharga atau ternak. Kesemuanya itu akan menjadi milik bersama sesudah menjadi suami istri dan tidak termasuk harta warisan lagi, tetapi apabila tidak dengan impalna maka upah tersebut tidak ada. Pembicaraan upah seperti ini dinamakan nungkuni sungkuten. Nungkuni sangkuten ini diwilayah Gunung Meriah dan Bangun Purba tidak ada.
Gantang Tumba
Setelah selesai acara tersebut diatas maka dengan maksud menghemat waktu pada acara nganting manuk, oleh anak beru pihak laki- laki ditanyakan kepada anak beru sukut apakah dapat dilanjutkan membicarakan ancar-ancar gantang tumba, sukut pada prinsipnya tidak keberatan kalau hanya mengancar-ancar saja.
1) Untuk Wilayah Cingkes, biasanya didaerah Cingkes, pesta yang di lakukan sintengah di dasarkan kepada jumlah beras yang diperlukan. Untuk pesta sintengah ini diperlukan beras sebanyak sepuluh kaleng.Namun demikian sering juga ditanyakan pihak kalimbubu akan ukuran besar dari pesta ini: Contoh pada jaman dulu :
  1. Batang Unjuken misalnya Rp. 1.200
  2. Ulu Emas menjadi Rp. 660
  3. senina Kuranaan, senina kuranaan sekarang diberikan dirumah sesuai dengan keperluan.
Untuk ongkos perjalanan dan pembeli rokok diberikan kepada:
  1. Singalo Bere-bere Rp. 660
  2. Singalo perkempun sama dengan ngerangguti.
  3. Singalo perbibin sama dengan ngerangguti
  4. Singalo perninin sama dengan ngerangguti
  5. Singalo Kulau sama dengan ngerangguti
  6. Perkempun/Sabe adi Jelma tukurRp. 320 adi impalna Rp.160 (sintengah)
  7. Gamber inget-inget Cingles lalit, Paribun Rp. 1.600, SeribudolokRp. 1600.
Catatan : Semuanya ini dalam uang rupiah perak, penyesuaiannya sekarang sesuai dengan musyawarah kedua belah pihak.
2) Untuk Wilayah Gunung Meriah
untuk kerja sintengah
  1. Batang unjuken Rp. 48 (man orang tua sisereh)
  2. Bena Emas Rp. 1 (man orang tua si sereh)
  3. Ulu Emas Rp. 1
  4. Singalo Bere-bere Rp. 1, tambah dengan orang tua sisereh
  5. Singalo perkempun Rp. 1 (man orang tua bapa sitersereh)
  6. Singalo Perninin Rp. 1 (man orang tua nande sisereh)
  7. Ciken – Ciken Puang Rp. 1
  8. Bibi Sirembah kulau Rp. 1 (man turang bapa sisereh)
  9. Perbibin = Rp, 1 (man senina nade sisereh)
  10. Perbapatuan Rp. 1 (man impal bapa sisereh)
  11. Perbabangudan Rp. 1 (man impal nande sisereh)
  12. Perkembaren Rp. 1 (man kalimbubu si empo ras kalimbubu sisereh)
  13. Ulih Puang (Pengulu), pengulu sisereh Rp.4. Pengulu si empo Rp. 2
  14. Gamet (sisereh) Rp. 1
  15. Anak beru si sereh Rp. 2
  16. anak beru si empo Rp.1
  17. Gamet si empo Rp. 1
  18. Inget -Inget Rp. 1
  19. Batu Simalem/batu galangen, Batu Simalem Rp. 1 (man Gereja , adi nai man sinitik wari), Batu galangan Rp 1, man Sukut sisereh.
Catatan : semuanya dalam uang rupiah perak. penyesuaiannya sekarang sesuai dengan musyawarah kedua belah pihak. Setengah dari yang diterima kepada yang bersangkutan dan dan setengahnya lagi kepada kerabatnya
3) Untuk Wilayah Bangun Purba (Untuk Kerja Anak Pengulu/sintengah)
  1. Batang Unjuken Rp. 625
  2. Bena Emas Rp. 1.100.
  3. Ulu Emas Rp. 1.100
  4. Singalo Bere-bere Rp. 3.150
  5. Singalo Perkempun Rp. 3.150, per dua
  6. Singalo perninin Rp. 3.150. per dua
  7. Ciken Ciken Rp. 3.150 per dua
  8. Perbibin singelayani senina nande. Rp. 3.150. per dua
  9. Sirembah Kulau Rp (Teruh pinggan mantiki lit tembakau)
  10. Gamet Rp. 2.000
  11. Bapa Tua.Rp. 1.000
  12. Bapa Nguda Rp. 1.000
  13. Impal bapa Sintua Rp. 1.000
  14. Impal nande Sintua.Rp. 1.000
  15. Kepala Desa Rp. 15.000. (Rp 10.000 arah sinereh ras Rp. 5000 arah si empo)
  16. Si Kelang Rp.1.000
  17. Tebus tulan Rp.3.000. / (Adi la motong : 1 arah sisereh 2 arah si empo, tapi adina motong pe dalan tulan 6 emekap 4 man si sereh, emekapken: sukut, Gamet,, kalimbubu, anak beru, 2 man. Si empo emekapken Sukut ras anak beru
  18. Anak beru Silalih/Perkembaren: Rp. 3000,(2 man anak beru sisereh 1 man anak beru siempo)
  19. Simajekken Lulang/Lape-lape Rp.1.000. anak beru menteri / Ikor Sabe.
Mengenai Masa Kerja (Hari Pesta), dirembukkan tempat, hari, tanggal, dan jam. Pakaian: Pengantin/Ose Emas, Simupus berpakaian/ose, tapi tidak pakai emas, sembuyaknya dengan tanda- tanda. Yang menyediakan ose sukut, simupus sidiberu yang mengenakan singalo ulu emas. Acara : 07.00 – 08.00 Ngukati /sarapen, 08.30 – 09.30. Rose, 09.30 -10.30. Berembuk menjalankan emas , 10.30.- 13.00. Memberikan kata-kata Sambutan, 13.00 Makan. Lauk Pauk : Kentang, Cipera.Undangan : Dirembukkan jumlahnya , dikirim paling lambat satu minggu sebelumnya. Untuk kalimbubu harus di atar langsung. Mengikat Janji : Penindihi pudun Rp. 100, pesta jadi dilangsungkan uang penindih pudun dikembalikan. Catatan : acara disampaikan kepada : 1) Pihak laki- laki (Si empo) 2. Sukut (Sinereh) 3. kalimbubu 4. anak beru.
Dalam acara makan maka pinggan adat terlebih dahulu diberikan kepada ibu pengantin perempuan, barulah kepada yang lain menurut urutan yang jumlah keseluruhannya untuk pihak perempuan dan laki-laki ada 24 buah. Jika ada yang kurang maka jumlah n untuk pihak laki- laki yang dikurangi. Setelah selesai makan bersama maka anak beru si Empo menanyakan kepada anak beru Sukut apakah sudah dapat dimulai pembicaraan.
  1. Permulaan runggu : anak beru si empo memberikan 6 buah kampil yang sudah berisi kepada anak beru Sukut. Kemudian anak beru Sukut menyerahkan kepada anak beru si empo satu kampil untuk disampaikan kepada singalo Ulu Emas. Seterusnya anak beru Sukut menyerahkan 5 buah kampil kepada  senina Sukut untuk disampaikan kepada : 1. Satu kampil kepada Sukut , 2. Satu kampil kepada Singalo bere-bere 3. satu kampil kepadaa Singalo perkempun, 4. Satu kampil Singalo Perbibin, 5. Satu kampil kepada anak beru dari senina sukut itu.
  2. Setelah semua kampil sudah disampaikan maka diteruskan untuk membicarakan berbagai hal
Apa Yang harus Dibicarakan
  1. Nungkuni , anak beru si Empo menanyakan kepada anak beru Sukut apakah masih perlu ditanyakan kepada si laki- laki dan si perempuan mengenai beberapa hal mengingat mereka, tadi sore sudah pula mendapat pemberkatan nikah di gareja  dan sekarang sudah dicatatan sipil
  2. Mengenai gantang tumba/unjuken: Pada waktu ngembah belo selambar telah disinggung ancar- ancar Gantang Tumba/Unjuken anak beru  Sukut meminta kepada kepada anak beru si empo  Singalo Ulu Emas datang ke jabu  (rumah) kalimbubu Sukut agar dapat bertukar pikiran  mengenai kerja ( pesta ) apakah : Kerja Sintua , Kerja sintengah atau Kerja Singuda. Sekarang ini sudah biasa di Wilayah karo Timur dilaksanakan Kerja sintengah. Dengan demikian  besarnya masing- masing adalah sebagai berikut:
  3. batang Ujuken Rp.1. 200.
  4. Ulu Emas Rp. 660.
  5. senina Kuranan Rp. (mengenai senina kuranan sekarang diberikan di rumah sesuai dengan keperluan untuk makan transpor dan pembelian rokok)
  6. Mengenai Alonken kalimbubu  Sada : kalimbubuSi Telu sada bermusawarah mengenai jumlah yang diterima masing- masing biasanya
    1. Singalo bere-bere Rp. 660
    2. Singalo perkempun Rp. 330
    3. singalo perbibin Rp. 330
    4. Singalo perninin Rp. 330
    5. Singalo kulau mantiki Rp. 330
    6. Mengenai Perkembnaren/Sabe : Yang diterima perkembaren/sabe biasanya sama dengan yang diterima sirembah kulau Rp. 180
    7. Mengenai gamber inget-inget : Mengenai gamber Inget- inget di Cingkes tidak ada tetapi di Seribu dolok dan Paribun ada sebesar Rp.160
    8. Sedangkan untuk Wilayah Gunung Meriah dan bangun Purba seperti yang telah diutarakan tadi. – Perubahan/Penambahan tentang tersebut selalu terjadi hanya merupakan variasai akibat rasa kegembiaraan saja
    9. Pedalanken Pudun: Kemudian diteruskan pendalanken pudun: satu pandan kepada si empo, satu kepada anak beru, satu kepada sukut dan satu kepada kalimbubu – Enda pudun , pagi masa kerja  08.00. – anak beru sukut berpesan kepada singalo ulu emas dengan perantaraan anak beru si empo agar besok  mengenakan ose. Begitu juga mempersiapkan luah untuk disampaikan oleh kalimbubusi telu sada
      1. Nduduri Isapen : Setelah itu maka acara penutup dengan acara nduduri isapaen (menyuguhkan rokok) kepda sukut , sembuyak sukut , senina sukut, singalo bere-bere, singalo perbibin, begitu juga kepada anak beru sukut dan setelah itu pihak si empo sudah dapat pula kerumahnya
Kerja Adat (Pesta Adat) : Kerja Adat anak sintengah.
Apa yang Dibicarakan :
Yang perlu dibicarakan adalah gantang tumba/unjuken yang harus dibayar sesuai dengan yang telah dimusyawarahkan sewaktu nganting manuk. Ditanyakan apakah ada yang perlu dibicarakan kembali.

Terpuk Ras Orat Nggeluh Kalak Karo

Situhuna lenga bo jelas bas ise nari nge mbagi-mbagisa terpok/wilayah orat nggeluh kita kalak Karo entah bas perjabun, majekken mengket rumah adat mbaru, acara kepaten, ras sidebanna ibas kegeluhen kita kalak Karo nai nari.
Tapi si memang nyata, emkap makana kenca daerah- daerah kita Karo sibage belangna i kunduli jajahan Belanda, maka daerah Karo ibagi bagi ibas administrasi pemerintahan siberlainen. mungkin maksudna gelah perukuren kalak Karo ula ersada, nginget belanda bas abad XIX ras permulaan abad XX, kalak Karo terus menerus memerangi posisi bnelanda ras tuan – tuan kebun.Ternyata tujuan Belanda enda lit lit ulihna , sebab usur kakin sapih- sapih kita lanai siangkaaen , ijjendam masuk jarum perpecahen Belanda . Tapi untung kang kalakm Karo dungna ngerti politik busuk Belanda enda , emakana dungna kalak Karo dungna enggo reh ukurna muluihi persada ukur .
Jadi sini kataken kalak 7 (Tujuh) terpok orat nggeluh kalak Karo, ija enda pe relatif ras samar emkap ken :
  1. Terpok/Wilayah Karo Timur, termasuk ije kecamaten- kecamaten:
    1. Lubuk Pakam
    2. Bangun Purba
    3. Galang Gunung Meriah (termasuk Kabupaten Deli Serdang)
    4. kecamaten Dolok Silauras
    5. kecamaten Silima Kuta (Simalungun).
  2. Terpok / Wilayah Karo Dusun, termasuk ije kecamatan-kecamatan :
    1. Biru-Biru
    2. Tanjongmorawa
    3. Hamparan Perak
    4. STM Hilir
    5. STM Hulu
    6. Kutambaru
    7. Sunggal
    8. Pancurbatu
    9. Sibolangit
    10. Namborambe
  3. Terpok/ Wilayah Karo Langkat :
    1. Bahorok
    2. Batangsarangan
    3. Salapian
    4. Stabat
    5. Binjai
    6. Selesai
    7. Lau (Sungai) Bingai
    8. Kuwala.
  4. Terpok/Wilayah Karo Baluren. Termasuk bas kecamaten-kecamaten:
    1. Tanah Pinem
    2. Tigalingga
  5. Terpok/Wilayah Karo teruh Deleng, termasuk ije ibas kecamaten-kecamaten:
    1. Payung
    2. Simpang Empat
    3. Kutabuluh
    4. Tiga Nderket
  6. Terpok/Wilayah Karo Singalor lau , termasuk ije kecamaten-kecamaten:
    1. Juhar
    2. Tigabinanga
    3. Munte
  7. Terpok/Wilayah Karo Kenjulu, termasuk ije kecamaten- kecamatan:
    1. Berastagi
    2. Kabanjahe
    3. Tigapanah
    4. Barusjahe (ras Merek Sekelewetna)
Bageme gelah enggo sieteh kerina sebagai kata persinget ngenda ngenca, lang kampe kuakap itehndu nge kerna sibage rupana, ulanai kita sikengen kerna adat nggeluh kita kalak Karo berbeda beda cara pengodakken ras pengolekenca, saja ngenca i ntinjau balinge ia, saja lit perbedaen ngelaksanakenca sitik-sitik, gia ningen banci jadi perjengilen, sebab lit istilah bas Adat nggeluh mbar berita emekapken: “Gelarna nge teku lang nina (e mberet kal e adina la i ikuti katana e)”.
Ekap makana nikatakan bas cakap adat: “Uga litna bage i baba”, “Uga adatna bage ni dalanken “. Misalna adina lit sekalak anak perana ia nggeluh ibas Terpok Wilayah Karo Kenjulu atena ngempoi diberu terpok/wilayah Karo Timur, maka sue ras adat nggeluh mehamat erkalimbubu kerjana e ibahan ngikuti bagi siniaturken Adat nggeluh Terpok Karo Timur kai nina ipesikap, labo banci ipaksaken bagi adat kegeluhen Karo Kenjulu asal kutana e. ( Ngajarsa Sinuraya)
cataten : terpok bali ertina ras kata terpuk.

Incoming search terms:

  • kata kata kalak karo (35)
  • kata kalak karo (11)
  • Adat kalak karo (2)
  • tanah karo upacara adat mengket (2)
  • adat upacara kepaten (1)
  • singalor lau (1)
  • terpuk ras orat nggeluh (1)

Adat Perjabun Nereh Empo I Karo Dusun

Wilayah Karo Dusun
Wilayah Karo Dusun mencakup Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Pancur Batu , Kecamatan Namo Rambe , Kecamatan Sunggal, Kecamatan Kutalimbaru , Kecamatan STM- Hilir, Kecamatan STM- Hulu, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Biru- Biru . Wilayah ini dihuni oleh masyarakat Karo dari jaman sebelum perang. Melalui wilayah ini ada jalan tembus , jalan perlanja sira yang menghubungkan Karo Dusun dengan Karo Julu. Jadi garam yang sangat penting itu untuk kehidupan manusia , di pasok dari Karo Dusun dan Alas ke Tanah Karo . Hubungan kekeluargaan (adat istiadat nggeluh) sangat erat antara Karo Dusun dengan Karo Julu.
1. Maba Belo Selambar
Pada zaman dahulu sebelum perang maba belo selambar dengan membawa kampil lengkap yang berisi belo, kapur, gamber, mbako, pinang, penaka pinang, ( kalak kati ), tok- tok, perisapen, yang terdiri dari daun nipah, daun jagung, mbako dan santik. Pertemuan ini dihadiri oleh Anak Beru Siempo (dilaiki-diberu), Sembuyak si empo, nande bapa sinereh , siterserh, dan bibi siterserh yang tidak punya anak laki- laki . Untuk pertemuan ini Anak Beru si empo datang kerumah sesudah makan malam sebagai utusan si empo . Teknik pelaksanaannya dilakukan setelah saling bertukar rokok (isap). Anak beru si empo menyampikan niatnya kepada orang tua sinereh atau sembuyak terdekat. Dan orang tua si tersereh meminta turangnya untuk menanyakan kepda si tersereh ketersediaan untuk menerima lamaran. Pada umumnya gayung bersambut karena sudah ada arih- arih simedanak. Tempa- tempa terjadi paksaan karena ; yang datang adalah impalna dan belum ada arih- arih. Biasanya bila mana bukan anak kalimbubu , maka pihak si empo tidak berani kalau belum ada arih- arih orang tua atau simedanak . Orang Karo takut dipermalukan. Sering juga terjadi sebelum makan belo orang tua si empo datang tanpa anak beru; maka ayam untuk dimakan bersama kalimbubu untuk menanyakan kesediaan si tersereh untuk kawin dengan impalna. Dalam hal ini penolakan sering terjadi. Setelah ada persetujuan maka direncanakan maba belo selambar. Proses ini namanya nungkuni , bila tak ada musyawarah anak.
Bila ada musyawarah anak anak dapat terjadi :
Pertama nangkih erjabu. Anak kalimbubu harus dibawa kerumah Bapa Tua , Bapa Uda, Abang yaitu rumahna. Bukan Anak Kalimbubu dibawa ke  rumah Anak Beru. Sekarang dibawa ke rumah Pemuka Agama.
Nangkih erjabu ada dua bentuk :
a). Nangkih dengan persetujuan
b). Nangkih erbuni- buni( tidak ada persetujuan )
Kedua  Maba belo selambar, yang menjadi pembicaraan adalah  apakah pihak si empo banci erjabu, tersinget-singet ndigan maba luah (nganting manuk). Pada saat acara ini yang di undang makin banyak, semua Sangkep nggeluh siseh kujabu tambah Anak beru Tua (Singerana). Selain kampil lengkap 6 buah maka si empo maba nakan tasak untuk makan bersama , amak mbentar sinereh (amak runggu).
Saat pelaksanaan dapat dilaksanakan pada pukul 17.00-19.00 (makan dulu baru acara) atau pukul 14.00-15.00 sampai selesai (acara dulu baru makan) . Tempat berkumpul di rumah si tersereh atau di jambur (Los).
Teknik pelaksanaan seperti runggu Adat Karo :
Ditengah (gelanggang/berhadapan masing- masing Anak Beru), dibelakang anak beru sesina kuranan, senina sepemeren, senina siparibanen , sembuyak, sukut, sukut ras senina sepengalon. Kalimbubu, sebelah kanan, di kanan kalimbubu duduk puang kalimbubu.
Runggu boleh dimulai karena seluruh sangkep nggeluh (sindungi runggun ras kerja) enggo pulung. Yang akan dibicarakan adalah :
1. Apakah si empo boleh nikah
2 . Ersinget- singet gantang tumba (utang adat) ; tukor
3. Penentuan hari Maba Luah (nganting manok ras kerja adatna). Kalau sudah ada hari yang disetujui maka Sengkul me pudun.
2. Maba Luah ( Nganting Manok)
Yang perlu dipersiapkan si dilaki (pihak laki-laki), kampil lengkap 6 buah, amak mbentar man kalimbubu secukupnya, perisapen rokok 8 bungkus kalau dulu cukup 7 bungkus atau 6 bungkus; rires secukupnya, cimpa unung- unung, ayam cipera, nasi serta gulen. Si diberu (pihak wanita) : kampil lengkap ras anak runggu 2 buah serta amak untuk kalimbubu. Yang hadir semua sangkep nggeluh dari masing-masing yaitu : Sukut, Sembuyak Sukut, Senina (sipemeren,siparibanen , sepengalon) , senina kuranan (Gamet), kalimbubu, puang kalimbubu, anakberu ras anak beru menteri. Khusus si empo harus hadir : anak beru ngikuri untuk mencuci kuali (belanga) dan membantu masak. Hari pertemuan sering sudah ditentukan saat maba belo selambar bagi keluarga baru; dan saat runggu erbahan kerja bagi keluarga yang sudah punya anak . Pelaksaanaan sebelum perang, diadakan pada siang hari, atau malam hari berbeda waktu dengan kerja adatnya. Sekarang ini diadakan malam hari dan besoknya kerja adat. Dan tempa-tempa disatukan dengan naba belo selambar dengan syarat harus ada kuah man kalimbubu (rires, cimpa unong unong dan gule cipera) saat maba belo selambar dan memudahkan peningkatan ini harus ada pembicaraan lebih dahulu (teruh- teruhi). Teknik pelaksanaan sama dengan runggu Adat karo saat naba belo selambar sigundari, jadi pembicaraan adalah menentukan utang adat yang harus ditanggung oleh si empo yaitu : Batang Ujuken (tukor) bere- bere, perkempun, perninin, ciken- ciken, perbapatuaan, perbapangudan, batu gilingen, tangu beru, gamet, suabe (perkembaren), anak beru menteri, sirembah kulau, (kelang-kelang).
Setelah adat ini disetujui maka dibicarakan mengenai acara kerja adat besok hari, agar semua berjalan lancar yaitu : ose dan yang di osei, makan pagi (ngukati), membayar utang dan acara singerana. Permulaan acara pihak perempuan. Tempa-tempa selang seling. Diakhir acara maba luah adalah Sengkul Pudun Kerja
3. Kerja Adat
Yang perlu dipersiapkan :
a. Sinereh
Pinggan pedalan emas yang terdiri darai : pinggan pasu, ariteneng ,cimata, cincin-tumbuk, draham yaitu emas megersing ( ganti kunyit ), beras meciho, belo cawer, amak mbentar Tikar tempat runggu ( amak runggu) dan tikar untuk kalimbubu.
b. Si empo
Uang yang harus dibawa, makan untuk dua kali makan (pengukati, dan makan siang), untuk acara makan ini Potongan Adat yaitu Kerbau , Sapi, dan Babi harus disediakan utang adat yang potongannya cara ngelapah. Khusus pada pesta adat hadir seluruh kerabat, kade- kade ndauh- ndiher yang fungsinya pertama : Ndungi adat kerja/petunggungken dan pehagaken , yang berfunsi sebagai Ndungi Adat-Kerja yaitu Sangkep Nggeluh dari sukut berfungsi untuk petunggungken kade-kade si ndauh-sindiher; yang berfungsi untuk pehagaken teman meriah , sierpangkat.
Hari pertemuan sudah dirancang saat maba belo selambar bagi jabu simbaru atau runggun adat bas nehken sura- sura bagi jabu si enggo ndekah. Lamanya pudun hanya 1 bulan bila lebih sirenggetken. Acara dilakukan dirumah Waluh Jabu (kerja rumah), dibuatkan tenda di depan rumah, ditanah lapang atau gedung pertemuan, loosd desa , jambur,. waktu pelaksaanaan mulai pukul 08.00 sampai selesai. Pukul 07.00 – 10.00 ngukati, pukul 09.00-10.00 ersukat emas, pukul 10.00 – 13.00 acara ngerana- ngerana (sidiberu arah lebe), pukul 13.00- 14.00 makan siang.
Teknik pelaksanaan pada ersukat emas iban “Runggun Adat Karo“. Anak beru petala-tala ia itengah, kundul sukut , senina , gamet, teman meriah, perangkat Desa, pemuka agama. Sebelah kanan duduk kalimbubu sebelah belakang kalimbubu duduk puang kalimbubu , sebelah kirinya duduk anak beru menteri dan sebelah kirinya duduk anak beru ngikuri. Saat pedalan emas dilakukan oleh kepala desa yang sebelumnya diadaklan sejalapen yaitu sekaku atau saksi tertulis dari perkawinan ini.
Urut -urutan pedalan emas : Sinereh ngirakken pinggan pedalan emas ras si empo ngisisa alu uruten :
a. belo Kinapor 12 lembar
b. bura emas
c. ulu emas
d. batang unjuken (berdasarkan musyawarah)
e. bere- bere
f. perkempun, man mama nande.
g. Perninin, man senina bap.
h. Pebibin, man senina nade
i. Ciken – ciken, man mama nini bolang
j. Perbapatuan, man impal Nande
k. Perbapangudan, man diberu impal bapa.
l. Batu galangen, cibal – cibalen bapa
m.Tinggir Beru, man senina Bapa (kakak atau adik). kalimbubu bena- bena( kalimbubu tua ), kalimbubu dareh ( kalimbubu simupus ) dan kalimbubu siperdemui , kalimbubu sipemeren serta puang kalimbubu . Anak beru, anak beru menteri dan anak beru sipemeren .
Selesai acara ngerana – ngerana kedua belah pihak maka diadakan acara makan siang . Dan sebelumnya diberikan dulu makan baluten yang banyaknya minimal 12 buah atau 50 – 2 = 48 untuk pihak sinereh . Saat acara makan diumumkan bahwa nanti malam akan diadakan acara “mukul” di rumah bapa si empo. Pada perkawinan orang karo sering terjadi Ngelingkah (ngelangkah), satu dilangkahi bayar satau, dua dilangkahi bayar dua , dan seterusnya. Adapun utang yang dilangkahi laki- laki adalah : tengkulok, kain sarung, dam tikar. Utang kepada perempuan : Kampoh.
Kerja Adat karo Dusun terdiri dari : Kerja singuda, Kerja sintengah , kerja sintua. Kerja Singuda adalah kerja dengan potong babi atau erbante. Semua kade – kade sindiher i tenahken tambah Sangkep nggeluh. Kade-kade sindiher juga dibatasi karena pangan terbatas. Kerja Sintengah : adalah kerja mbelin tanpa gendang sarune. Kerina kade kade teman meriah ras Sangkep Nggeluh i tenahken sebab potong kerbo atau lembu jukut 6-8 kaleng. Kerja Sintua adalah kerja sintengah alu erkata gendang . Kerina kalimbubu sineken bas surat undangen harus diundang.
4. Mukul = Mecah- mecah tinaroh
Yang perlu di[persiapkan sinereh adalah ayam yang dilengkapi oleh singalo bere- bere (mamina) ayam itu warnanya kuning (simelias rupa), tinaruh manuk belgang disebut tinaruh manuk Tasak Mulia. Pihak si empo mempersiapkan: pinggan Pasu (piring besar), uis arinteneng atau uis teba metak loanam pingga pasu, nasi dan tulan putor dan kepala serta ekor dimasak tanpa adum. Yang kumpul sat mukul adalah sangkep nggeluh siseh kujabu masing- masing pihak. Dan tempat kumpul di rumah orang tua si empo pukul 20.00-21.00 sampai selesai.
Biasanya pihak sinereh bermalam di rumah pihak si empo. Teknik pelaksanaannya bibi si rembah kulau, bibi nande, anak beru menyiapkan pinggan pasu dengan lanam uis arinteng; letakkan nasi diatasnya, letakkan manuk yang disangkepi ; gat- gat tasak telu, tinaruh raja mulia. Sudah lengkap hidangan didepan penganten didalam amak dabuhen (KAMAR) pukul sidilaki nakan ras tinaruh berekenna man si diberu dan sebaliknya; mengucapkan janji bahwa tidak boleh berpisah kalu tidak dipisahkan Tuhan.
Masing masing memilih ayam sangkepi. Yang perlu dipersiapkan adalah kampil pengobah tutor, cimpa baka sagu, yang hadir Sangkep Nggeluh si empo ras sinereh dan dilakukan besok pagi sesudah mukul i rumah si empo, nangkih-nangkih matawari sesudah makan pagi . Kedia penganten baru si osei uis mejile, sitersereh di antar bibi membawa kampil,  ke bengkilanya diberikan belo kinapor dengan ucapan mulai hari inin tidak boleh bicara langsung harus memakai perantara . Demikian juga kepada turangku dan kerabat lain, kalau da perubahan tutur maka laki- laki maupun perempuan (si empo dan sitersereh) semua berubah sesuai dengan tutur simbaru. Hal ini dapat terjadi bila yang nikah tidak tutornya rimpal.contoh erbibi bana,permenna bana , maka akan terjadi perubahan yang mencolok.
6. Ngulihi Tudong
Yang perlu dipersiapkan keluarga baru adalah nakan dan gulen tasak serta cimpa. Hari pelaksanaan adalah 4 wari 4 berngi pejabun, maka bernagkat keluarga baru dari kampung sidilaki ke kampung kalimbubu. Adapun pengantarnya adalah nande-bapa, anak beru dan sembuyak. Dan sampai di rumah kalimbubu sebaiknya sebelaum pukul 12 .00. Makan siang diadakan di rumah kalimbubu bersama Sangkep nggeluhnya. Keluarga sidilaki biasanya bermalam tapi sekarang dapat pulang pada sore hari. Setelah makan malam dibuat acara mbereken pedah-pedah (memberikan petuah). Setelah itu pihak perempuan mempersiapkan pakaiannya untuk dibawah esok harinya. Pada jaman sebelum perang, kendaraan belum ada, maka Ibunya mengantar anaknya sampai kerangen kuta (hutan dekat desa) dengan cara pelan- pelan berpisah dengan pesan “Jangan pernah menoleh kebelakang, tetap pandang ke depan semoga kam sehat dan bahagia selalu”, namun si nande tetap berdiri di kerabangen kuta sampai si anak tidak kelihatan lagi.
7. Ngulihi Bulang
Hal ini terhadi bila rumah mereka jauh dari rumah orang tua laki-laki . Atau  si laki-laki ke kekelaan di rumah kalumbubu, maka secara dadakan diadakan ngulihi bulang, yang perlu dipersiapkan adalah: nakan dan bengkau tasak dan cimpa, waktunya 4 atau 5 hari  setelah pesta adat (4 atau 5 be rngi enggo kenca kerja). Acara ini juga mengambil pakaian si dilaki yang masih ada dirumah orang tuanya, selesai acara makan diadakan acara memberikan petuah- petuah.

nb : ada sebagian kata-kata yang diubah untuk memudahkan pembacaan.
                                                          Kampil

Incoming search terms:

  • pantun jabu simbaru (18)
  • Petuah karo (11)
  • adat perjabun kalak karo (8)
  • lagu perjabun kalak karo (5)
  • perjabun kalak karo (5)
  • kerja adat karo (4)
  • ras dalam adat karo (3)
  • kerja sintua (3)
  • kamlpil karo (2)
  • lagu karo : perjabun (2)

Bahasa Karo

                                                bahasa karo

Bahasa (Cakap) Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo sehari-hari. Sama halnya dengan asal suku Karo, bahasa Karo itupun sulit untuk menjelaskan asal muasalnya. Bahasa Karo banyak didominasi oleh huruf-huruf vokal. OLeh karena itu mudah diucapkan, jelas didengar dan mudah diingat. Ucapan bahasa Karo memiliki dialek dan intonasi yang unik dalam pengucapannya. Bila bahasa Karo diucapkan dengan dialek khasnya maka akan mengundang ketertarikan orang untuk mendengar dan tidak membuat orang bosan mendengarnya.
Sama seperti bahasa-bahasa yang ada, bahasa karo juga memiliki unsur keindahan bahasa/seni sastra seperti pantun, kiasan, perumpamaan, dan lain sebagainya. Unsur ini didalam budaya Karo kita kenal dengan “Cakap Lumat”.
Dilihat dari sisi pemakai dan penggunaannya yang terkait dalam pemilihan kata-kata termasuk itonasi dan dialeg, maka bahasa Karo dapat dibedakan menjadi 3 versi :
  1. Bahasa dalam kegiatan adat
  2. Bahasa sehari-hari
  3. bahasa dalam kegiatan kepercayaan
Sumber : MP3 Karo 2011

Incoming search terms:

  • pantun bahasa karo (92)
  • bahasa karo (41)
  • asal usul bahasa karo (18)
  • pantun cinta bahasa karo (14)
  • contoh pantun bahasa karo (12)
  • kumpulan pantun cinta bahasa karo (4)
  • cerita bahasa karo (4)
  • pantun dalam bahasa karo (4)
  • kata-kata cinta bahasa karo (3)
  • kata kata indah bahasa karo (3)

Refrensi        : http://www.karo.or.id/category/seni-dan-budaya/adat/