Ibas berngi si sendah enda,aku anak ndu,kempu ndu,impalndu,senina ndu entah kin pe turang ndu ngeposting ngenda aku lebe.Ibas postingen ku enda eme kap tentang Merga bas kita kalak karo.
Jadi enda ku buat pe arah blog kalak kang...Sebab tujuan ku jenda emekap labo untuk ngeposting saja,tapi janah si e pe ateku makana ngelestariken adat budaya nta makana ula masap arah kita nari kalak karo kerina.....
Jadi langsung saja ngenda sibenaken,maka baca kenalah kerina ee...,adi lit kind kari akap kena si kurang payo,makana ngata kena gelah banci si pehuli.....
Karo adalah salah satu Suku dan Kabupaten yang berada di daerah Sumatera Utara.
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. ibu kota kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C.
Di dataran tinggi Karo ini bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk dan berciri khas daerah buah dan sayur. Di daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak yang masih aktif dan berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.
Kerajaan Karo
Kabupaten Karo saat ini dulu merupakan bagian dari Kerajaan Aru.Selanjutnya juga pernah ada 5 kebayakan (kerajaan) di Tanah Karo:
- Kerajaan Sibayak Lingga (asal mula Marga Karo-Karo Sinulingga)
- Kerajaan Sibayak Sarinembah (asal mula Marga Sembiring Meliala)
- Kerajaan Sibayak Suka (asal mula Marga Ginting Suka)
- Kerajaan Sibayak Barusjahe (asal mula Karo-Karo, Barus)
- Kerajaan Sibayak Kutabuluh (asal mula Marga Perangin-angin)
- Kerajaan Sukapiring Seberaja (asal mula marga Karo Sekali)
Geografis
Secara geografis, Kabupaten Karo terletak pada koordinat 02° 50' sampai 03° 19' Lintang utara dan 97° 55' sampai 98° 38' Bujur timur.
Sungai
Kabupaten Karo yang terletak di ketinggian 1400 meter diatas permukaan laut, merupakan daerah hulu sungai (DHS) bagi sejumlah sungai primer di Sumatera Utara. Tidak Kurang 50 buah sungai ada di daerah ini. Sebagian besar bermuara ke selat Malaka atau Pantai Timur sedangkan 1 buah bermuara ke Danau Toba. Sungai-sungai yang bermuara ke pantai Timur adalah Lau Biang, Lau Bengap, Lau Borus, Lau Gunung dan lain-lain. Sementara sungai yang bermuara ke Danau Toba adalah sungai yang mewujudkan air terjun Sipiso-piso.
Gunung
Di daerah daratan tinggi Karo dan sepanjang pegunungan Bukit Barisan terdapat sejumlah puncak atau gunung. Dua diantaranya gunung berapi aktif yaitu: Gunung Sinabung (2412 meter) dan Gunung Sibayak (2172 meter). Selain kedua gunung berapi tersebut, masih terdapat sejumlah gunung lainnya yang tinggi belum diukur sperti gunung Ketaren, gunung Barus, gunung Sibuaten, gunung Macik, gunung Sipiso-piso, gunung Sembah Bala, gunung Kutu, gunung Pabo, gunung Singkut, gunung Gajah, gunung Pertekteken dan lainnya.
Danau
Di Kabupaten Karo terdapat dua buah Danau yang cukup luas dan terkenal yaitu sebagian Danau Toba (Tongging) dan Danau Lau Kawar yang memiliki luas lebih kurang 200 Ha. Danau Lau Kawar ini diapit oleh alam pegunungan yang dikelilingi hutan tropis. Di tepi Danau Lau Kawar terbentang lahan seluas 3 hektar yang digunakan turis lokal maupun asing untuk berkemah.
Batas-batas wilayah
Kecamatan
Sesuai dengan yang tertuang dalam surat keputusan Menteri Dalam Negeri No.118 tahun 1991 dan Surat Keputusan Gubernur KDH Tkt I Provinsi Sumatera Utara No. 138/21/1994 tanggal 21 Mei 1994 tentang data wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia dan Sumatera Utara serta Peraturan Daerah Kabupaten Karo No.04 tentang Pembentukan Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Tiganderket serta pemindahan Ibukota Kecamatan Payung, maka di Kabupaten Karo terdapat 17 kecamatan, 248 desa serta 10 kelurahan. Wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi 17 kecamatan, yaitu:
- Barusjahe
- Berastagi
- Juhar
- Kabanjahe
- Kuta Buluh
- Laubaleng
- Mardingding
- Merek
- Munthe
- Payung
- Simpang Empat
- Tiga Binanga
- Tiga Panah
- Dolat Rayat
- Merdeka
- Tiganderket
- Naman Teran
Daerah ketinggian
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1.400 meter
di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:
|
Bila dilihat dari sudut kemiringan atau lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai :
|
Obyek Wisata
- Gunung Sinabung
- Gunung Sibayak
- Danau Lau Kawar
- Air Panas Lau Debuk-debuk
- Bukit Gundaling
- Air Terjun Sikulikap
- Air Terjun Sipiso-piso
- Air Terjun Tongging
- Putri Hijau
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga (klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima, yang berarti marga yang lima Yang Memang Merupakan Turunan dari nenek moyang Karo....
Adapun ke-5 Marga tersebut yaitu:
1.Ginting
2.Karo-karo
3.Perangin-angin
4. Sembiring
5.Tarigan
Sementara Sub Merga, dipakai di belakang Merga, sehingga tidak terjadi kerancuan mengenai pemakaian Merga dan Sub Merga tersebut.
Adapun Merga dan Sub Merga serta sejarah, legenda, dan ceritanya adalah sebagai berikut
- Merga Ginting
Merga Ginting terdiri atas beberapa Sub Merga seperti :
- Ginting Pase
Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase
juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai
kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo
mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya)
ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
- Ginting Munthe
Menurut cerita lisan Karo, Merga Ginting Munthe berasal dari
Tongging, kemudian ke Becih dan Kuta Sanggar serta kemudian ke Aji
Nembah dan terakhir ke Munthe. Sebagian dari merga Ginting Munthe telah
pergi ke Toba (Nuemann 1972 : 10), kemudian sebagian dari merga Munthe dari Toba ini kembali lagi ke Karo. Ginting Muthe di Kuala pecah menjadi Ginting Tampune.
- Ginting Manik
Ginting Manik menurut cerita masih saudara dengan Ginting Munthe.
Merga ini berasal dari Tongging terus ke Aji Nembah, ke Munthe dan Kuta
Bangun. Merga Manik juga terdapat di Pak-pak dan Toba.
- Ginting Sinusinga
- Ginting Seragih
Menurut J.H. Neumann (Nuemann 1972 : 10), Ginting Seragih
termasuk salah satu merga Ginting yang tua dan menyebar ke Simalungun
menjadi Saragih, di Toba menjadi Seragi.
- Ginting Sini Suka
Menurut cerita lisan Karo berasal dari Kalasan (Pak-Pak), kemudian
berpindah ke Samosir, terus ke Tinjo dan kemudian ke Guru Benua, disana
dikisahkan lahir Siwah Sada Ginting (Petra : bacanya Sembilan Satu Ginting), yakni :
- Ginting Babo
- Ginting Sugihen
- Ginting Guru Patih
- Ginting Suka (ini juga ada di Gayo/Alas)
- Ginting Beras
- Ginting Bukit (juga ada di Gayo/Alas)
- Ginting Garamat (di Toba menjadi Simarmata)
- Ginting Ajar Tambun
- Ginting Jadi Bata
- Ginting Jawak
Menurut cerita Ginting Jawak berasal dari Simalungun. Merga ini hanya sedikit saja di daerah Karo.
- Ginting Tumangger
Marga ini juga ada di Pak Pak, yakni Tumanggor.
- Ginting Capah
Capah berarti tempat makan besar terbuat dari kayu, atau piring tradisional Karo.
- Ginting Pase
Ginting Pase menurut legenda sama dengan Ginting Munthe. Merga Pase
juga ada di Pak-Pak, Toba dan Simalungun. Ginting Pase dulunya mempunyai
kerajaan di Pase dekat Sari Nembah sekarang. Cerita Lisan Karo
mengatakan bahwa anak perempuan (puteri) Raja Pase dijual oleh bengkila (pamannya)
ke Aceh dan itulah cerita cikal bakal kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
- Merga Karo-Karo
Merga Karo-Karo terbagi atas beberapa Sub Merga, yaitu :
- Karo-Karo Purba
Merga Karo-Karo Purba menurut cerita berasal dari Simalungun. Dia
disebutkan beristri dua orang, seorang puteri umang dan seorang ular.
Dari isteri umang lahirlah merga-merga :
- Purba
Merga ini mendiami kampung Kabanjahe, Berastagi dan Kandibata.
- Ketaren
Dahulu merga Karo-Karo Purba memakai nama merga Karo-Karo Ketaren.
Ini terbukti karena Penghulu rumah Galoh di Kabanjahe, dahulu juga
memakai merga Ketaren. Menurut budayawan Karo, M.Purba, dahulu yang
memakai merga Purba adalah Pa Mbelgah. Nenek moyang merga Ketaren bernama Togan Raya dan Batu Maler (referensi K.E. Ketaren).
- Sinukaban
Merga Sinukaban ini sekarang mendiami kampung Kaban..
- Karo-Karo Sekali
Karo-Karo sekali mendirikan kampung Seberaya dan Lau Gendek, serta Taneh Jawa.
- Sinuraya/Sinuhaji
Merga ini mendirikan kampung Seberaya dan Aji Siempat, yakni Aji Jahe, Aji Mbelang dan Ujung Aji.
- Jong/Kemit
Merga ini mendirikan kampung Mulawari.
- Samura
- Karo-Karo Bukit
- Purba
Merga ini mendiami kampung Kabanjahe, Berastagi dan Kandibata.
- Karo-Karo Sinulingga
Merga ini berasal dari Lingga Raja di Pak-Pak, disana mereka telah
menemui Merga Ginting Munthe. Sebagian dari Merga Karo-Karo Lingga telah
berpindah ke Kabupaten Karo sekarang dan mendirikan kampung Lingga.
Merga ini kemudian pecah menjadi sub-sub merga, seperti :
- Kaban
Merga ini mendirikan kampung Pernantin dan Bintang Meriah,
- Kacaribu
Merga ini medirikan kampung Kacaribu.
- Surbakti
Merga Surbakti membagi diri menjadi Surbakti dan Gajah. Merga ini juga kemudian sebagian menjadi Merga Torong.
- Kaban
Merga ini mendirikan kampung Pernantin dan Bintang Meriah,
- Karo-Karo Kaban
Merga ini menurut cerita, bersaudara dengan merga Sinulingga, berasal
dari Lingga Raja di Pak-Pak dan menetap di Bintang Meriah dan
Pernantin.
- Karo-Karo Sitepu
Merga ini menurut legenda berasal dari Sihotang (Toba) kemudian
berpindah ke si Ogung-Ogung, terus ke Beras Tepu, Naman, Beganding, dan
Sukanalu. Merga Sitepu di Naman sebagian disebut juga dengan nama Sitepu
Pande Besi, sedangkan Sitepu dari Toraja (Ndeskati) disebut Sitepu
Badiken. Sitepu dari Suka Nalu menyebar ke Nambiki dan sekitar Sei
Bingai. Demikian juga Sitepu Badiken menyebar ke daerah Langkat, seperti
Kuta Tepu.
- Karo-Karo Barus
Merga Karo-Karo barus menurut cerita berasal dari Baros (Tapanuli Tengah). Nenek moyangnya Sibelang Pinggel
(atau Simbelang Cuping) atau si telinga lebar. Nenek moyang merga
Karo-Karo Barus mengungsi ke Karo karena diusir kawan sekampung akibat
kawin sumbang (incest). Di Karo ia tinggal di Aji Nembah dan diangkat saudara oleh merga Purba karena mengawini impal merga Purba yang disebut Piring-piringen Kalak Purba. Itulah sebabnya mereka sering pula disebut Suka Piring.
(Petra : Wuih, sejarah nenek moyang gw jelek juga, ya….)
- Karo-Karo Manik
Di Buluh Duri Dairi (Karo Baluren), terdapat Karo Manik.
- Karo-Karo Purba
Merga Karo-Karo Purba menurut cerita berasal dari Simalungun. Dia
disebutkan beristri dua orang, seorang puteri umang dan seorang ular.
- Merga Peranginangin
Merga Peranginangin terbagi atas beberapa sub merga, yakni :
- Peranginangin Sukatendel
Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerah Binje
dan Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di
Sukatendel. Di daerah Kuta Buloh, merga ini terbagi menjadi :
- Peranginangin Kuta Buloh
Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan
Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi
Melayu.
- Peranginangin Jombor Beringen
Merga ini mendirikan, kampung-kampung, Lau Buloh, Mburidi,
Belingking,. Sebagian menyebar ke Langkat mendirikan kampung Kaperas,
Bahorok, dan lain-lain.
- Peranginangin Jenabun
Merga ini juga mendirikan kampong Jenabun,. Ada cerita yang mengatakan mereka berasal dari keturunan nahkoda (pelaut) yang dalam bahasa Karo disebut Anak Koda Pelayar. Di kampung ini sampai sekarang masih ada hutan (kerangen) bernama Koda Pelayar, tempat pertama nahkoda tersebut tinggal.
- Peranginangin Kuta Buloh
Mendiami kampung Kuta Buloh, Buah Raja, Kuta Talah (sudah mati), dan
Kuta Buloh Gugong serta sebagian ke Tanjung Pura (Langkat) dan menjadi
Melayu.
- Peranginangin Kacinambun
Menurut cerita, Peranginangin Kacinambun datang dari Sikodon-kodon ke Kacinambun.
- Peranginangin Bangun
Alkisah Peranginangin Bangun berasal dari Pematang Siantar, datang ke
Bangun Mulia. Disana mereka telah menemui Peranginangin Mano. Di Bangun
Mulia terjadi suatu peristiwa yang dihubungkan dengan Guru Pak-pak Pertandang Pitu Sedalanen. Di mana dikatakan Guru Pak-pak menyihir (sakat) kampung Bangun Mulia sehingga rumah-rumah saling berantuk (ersepah),
kutu anjing (kutu biang) mejadi sebesar anak babi. Mungkin pada waktu
itu terjadi gempa bumi di kampung itu. Akibatnya penduduk Bangun Mulia
pindah. Dari Bangun Mulia mereka pindah ke Tanah Lima Senina, yaitu Batu
Karang, Jandi Meriah, Selandi, Tapak, Kuda dan Penampen. Bangun
Penampen ini kemudian mendirikan kampung di Tanjung. Di Batu Karang,
merga ini telah menemukan merga Menjerang dan sampai sekarang silaan di Batu Karang bernama Sigenderang.
Merga ini juga pecah menjadi :
- Keliat
Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan
dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di
Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.
- Beliter
Di dekat Nambiki (Langkat), ada satu kampung bernama Beliter dan
penduduknya menamakan diri Peranginangin Beliter. Menurut cerita, mereka
berasal dari merga Bangun. Di daerah Kuta Buluh dahulu juga ada kampung
bernama Beliter tetapi tidak ditemukan hubungan anatara kedua nama
kampung tersebut. Penduduk kampung itu di sana juga disebut
Peranginangin Beliter.
- Keliat
Menurut budayawan Karo, Paulus Keliat, merga Keliat merupakan pecahan
dari rumah Mbelin di Batu Karang. Merga ini pernah memangku kerajaan di
Barus Jahe, sehingga sering juga disebut Keliat Sibayak Barus Jahe.
- Peranginangin Mano
Peranginangin Mano tadinya berdiam di Bangun Mulia. Namun,
Peranginangin Mano sekarang berdiam di Gunung, anak laki-laki mereka
dipanggil Ngundong.
- Peranginangin Pinem
Nenek moyang Peranginangin Pinem bernama Enggang yang bersaudara dengan Lambing, nenek moyang merga Sebayang dan Utihnenek moyang merga Selian di Pakpak.
- Sebayang
Nenek Moyang merga ini bernama Lambing, yang datang dari Tuha di
Pak-pak, ke Perbesi dan kemudian mendirikan kampung Kuala, Kuta Gerat,
Pertumbuken, Tiga Binanga, Gunung, Besadi (Langkat), dan lain-lain.
Merga Sembayang (Sebayang) juga terdapat di Gayo/Alas.
- Peranginangin Laksa
Menurut cerita datang dari Tanah Pinem dan kemudian menetap di Juhar.
- Peranginangin Penggarun
Penggarun berarti mengaduk, biasanya untuk mengaduk nila (suka/telep) guna membuat kain tradisional suku Karo.
- Peranginangin Uwir
- Peranginangin Sinurat
Menurut cerita yang dikemukakan oleh budayawan Karo bermarga Sinurat
seperti Karang dan Dautta, merga ini berasal dari Peranginangin Kuta
Buloh. Ibunya beru Sinulingga, dari Lingga bercerai dengan ayahnya lalu
kawin dengan merga Pincawan. Sinurat dibawa ke Perbesi menjadi juru
tulis merga Pincawan (Sinurat). Kemudian merga Pincawan khawatir merga
Sinurat akan menjadi Raja di Perbesi, lalu mengusirnya. Pergi dari
Perbesi, ia mendirikan kampung dekat Limang dan diberi nama sesuai
perladangan mereka di Kuta Buloh, yakni Kerenda.
- Peranginangin Pincawan
Nama Pincawan berasal dari Tawan, ini berkaitan dengan adanya perang
urung dan kebiasaan menawan orang pada waktu itu. Mereka pada waktu itu
sering melakukan penawanan-penawanan dan akhirnya disebut Pincawan.
- Peranginangin Singarimbun
Peranginangin Singarimbun menurut cerita budayawati Karo, Seh Ate br
Brahmana, berasal dari Simaribun di Simalungun. Ia pindah dari sana
berhubung berkelahi dengan saudaranya. Singarimbun kalah adu ilmu dengan
saudaranya tersebut lalu sampailah ia di Tanjung Rimbun (Tanjong Pulo)
sekarang. Disana ia menjadi gembala dan kemudian menyebar ke Temburun,
Mardingding, dan Tiga Nderket.
- Peranginangin Limbeng
Peranginangin Limbeng ditemukan di sekitar Pancur Batu. Merga ini
pertama kali masuk literatur dalam buku Darwan Prinst, SH dan Darwin
Prinst, SH berjudul Sejarah dan Kebudayaan Karo.
- Peranginangin Prasi
Merga ini ditemukan oleh Darwan Prinst, SH dan Darwin Prinst, SH di
desa Selawang-Sibolangit. Menurut budayawan Karo Paulus Keliat, merga
ini berasal dari Aceh, dan disahkan menjadi Peranginangin ketika orang
tuanya menjadi Pergajahen di Sibiru-biru.
- Peranginangin Sukatendel
Menurut cerita lisan, merga ini tadinya telah menguasai daerah Binje
dan Pematang Siantar. Kemudian bergerak ke arah pegunungan dan sampai di
Sukatendel. Di daerah Kuta Buloh, merga ini terbagi menjadi :
- Merga Sembiring
Merga Sembiring secara umum membagi diri menjadi dua kelompok yaitu
Sembiring yang memakan anjing dan Sembiring yang berpantang memakan
anjing.
- Sembiring Siman Biang (Sembiring yang memakan biang (anjing))
- Sembiring Kembaren
Menurut Pustaka Kembaren, asal-usul merga ini terdiri dari Kuala Ayer
Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan
selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas. Nenek moyang mereka bernama Kenca
Tampe Kuala, berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa
pisau kerajaan bernama Pisau Bala Bari. Keturunannya kemudian
mendirikan kampung Silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan. Dari sana
kemudian menyebar ke Liang Melas, saperti Kuta Mbelin, Sampe Raya, Pola
Tebu, Ujong Deleng, Negerijahe, Gunong Meriah, Longlong, Tanjong Merahe,
Rih Tengah dan lain-lain. Merga ini juga tersebar luas di Kab. Langkat
saperti Lau Damak, Batu Erjong-Jong, Sapo Padang, Sijagat, dll.
- Sembiring Keloko
Menurut cerita, Sembiring Keloko masih satu keturunan dengan Sembiring Kembaren. Merga Sembiring Keloko tinggal di Rumah Tualang,
sebuah desa yang sudah ditinggalkan antar Pola Tebu dengan Sampe Raya.
Merga ini sekarang terbanyak tinggal di Pergendangen, beberapa keluarga
di Buah Raya dan Limang.
- Sembiring Sinulaki
Sejarah merga Sembiring Sinulaki dikatakan juga sama dengan sejarah
Sembiring Kembaren, karena mereka masih dalam satu rumpun. Merga
Sinulaki berasal dari Silalahi.
- Sembiring Sinupayung
Merga ini menurut cerita bersaudara dengan Sembiring Kembaren. Mereka ini tinggal di Juma Raja dan Negeri.
- Sembiring Kembaren
Menurut Pustaka Kembaren, asal-usul merga ini terdiri dari Kuala Ayer
Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan
selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas. Nenek moyang mereka bernama Kenca
Tampe Kuala, berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa
pisau kerajaan bernama Pisau Bala Bari. Keturunannya kemudian
mendirikan kampung Silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan. Dari sana
kemudian menyebar ke Liang Melas, saperti Kuta Mbelin, Sampe Raya, Pola
Tebu, Ujong Deleng, Negerijahe, Gunong Meriah, Longlong, Tanjong Merahe,
Rih Tengah dan lain-lain. Merga ini juga tersebar luas di Kab. Langkat
saperti Lau Damak, Batu Erjong-Jong, Sapo Padang, Sijagat, dll.
- Sembiring Singombak
Adalah kelompok merga Sembiring yang menghanyutkan abu-abu jenasah
keluarganya yang telah meninggal dunia dalam perahu kecil melalui Lau
Biang (Sungai Wampu).
Adapun kelompok merga Sembiring Singombak tersebut adalah sebagai berikut :
- Sembiring Brahmana
Menurut cerita lisan Karo, nenek moyang merga Brahmana ini adalah seorang keturunan India yang bernama Megitdan
pertama kali tinggal di Talu Kaban. Anak-anak dari Megit adalah, Mecu
Brahmana yang keturunannya menyebar ke Ulan Julu, Namo Cekala, dan kaban
Jahe. Mbulan Brahmana menjadi cikal bakal kesain Rumah Mbulan Tandok
Kabanjahe yang keturunannya kemudian pindah ke Guru Kinayan dan
keturunannya mejadi Sembiring Guru Kinayan. Di desa Guru Kinayan ini
merga Brahmana memperoleh banyak kembali keturunan. Dari Guru Kinayan,
sebagian keturunananya kemudian pindah ke Perbesi dan dari Perbesi
kemudian pindah ke Limang.
- Sembiring Guru Kinayan
Sembiring Guru Kinayan terjadi di Guru Kinayan, yakni ketika salah
seorang keturunan dari Mbulan Brahmana menemukan pokok bambo bertulis
(Buloh Kanayan Ersurat). Daun bambo itu bertuliskan aksara Karo yang
berisi obat-obatan. Di kampung itu menurut cerita dia mengajar ilmu
silat (Mayan) dan dari situlah asal kata Guru Kinayan (Guru Ermayan).
Keturunannya kemudian menjadi Sembiring Guru Kinayan.
- Sembiring Colia
Merga Sembiring Colia, juga menurut sejarah berasal dari India, yakni
kerajaan Cola di India. Mereka mendirikan kampung Kubu Colia.
- Sembiring Muham
Merga ini juga dikatakan sejarah, berasal dari India, dalam banyak
praktek kehidupan sehari-hari merga ini sembuyak dengan Sembiring
Brahmana, Sembiring Guru Kinayan, Sembiring Colia, dan Sembiring Pandia.
Mereka inilah yang disebut Sembiring Lima Bersaudara dan itulah asal
kata nama kampung Limang. Menurut ahli sejarah Karo. Pogo Muham,
nama Muham ini lahir, ketika diadakan Pekewaluh di Seberaya karena
perahunya selalu bergempet (Muham).
- Sembiring Pandia
Sebagaimana sudah disebutkan di atas, bahwa merga Sembiring Pandia,
juga berasal dari kerajaan Pandia di India. Dewasa ini mereka umumnya
tinggal di Payung.
- Sembiring Keling
Menurut cerita lisan Karo mengatakan, bahwa Sembiring Keling telah
menipu Raja Aceh dengan mempersembahkan seekor Gajah Putih. Untuk itu
Sembiring Keling telah mencat seekor kerbau dengan tepung beras. Akan
tetapi naas, hujan turun dan lunturlah tepung beras itu, karenanya
terpaksalah Sembiring Keling bersembunyi dan melarikan diri. Sembiring
Keling sekarang ada di Raja Berneh dan Juhar.
- Sembiring Depari
Sembiring Depari menurut cerita menyebar dari Seberaya, Perbesi
sampai ke Bekacan (Langkat). Mereka ini masuk Sembiring Singombak, di
daerah Kabupaen Karo nama kecil (Gelar Rurun) anak laki-laki disebut
Kancan, yang perempuan disebut Tajak. Sembiring Depari kemudian pecah
menjadi Sembiring Busok. Sembiring Busok ini terjadi baru tiga generasi
yang lalu. Sembiring Busok terdapat di Lau Perimbon dan Bekancan.
- Sembiring Bunuaji
Merga ini terdapat di Kuta Tengah dan Beganding.
- Sembiring Milala
Sembiring Milala, juga menurut sejarah berasal dari India, mereka
masuk ke Sumatera Utara melalui Pantai Timur di dekat Teluk Haru. Di
Kabupaten Karo penyebarannya dimulai dari Beras Tepu. Nenek moyang
mereka bernama Pagit pindah ke Sari Nembah. Merka umumnya tinggal di
kampung-kampung Sari Nembah, Raja Berneh, Kidupen, Munte, Naman dan
lain-lain. Pecahan dari merga ini adalah Sembiring Pande Bayang.
- Sembiring Pelawi
Menurut cerita Sembiring Pelawi diduga berasa dari India (Palawa). Pusat kekuasaan merga Pelawi di wilayah Karo dahulu di Bekancan. Di Bekancan terdapat seorang Raja, yaitu Sierkilep Ngalehi,
menurut cerita, daerahnya sampai ke tepi laut di Berandan, seperti Titi
Pelawi dan Lau Pelawi. Di masa penjajahan Belanda daerah Bekancan ini
masuk wilayah Pengulu Bale Nambiki. Kampung-kampung merga Sembiring
Pelawi adalah : Ajijahe, Kandibata, Perbesi, Perbaji, Bekancan dan
lain-lain.
- Sembiring Sinukapor
Sejarah merga ini belum diketahui secara pasti, mereka tinggal di Pertumbuken, Sidikalang, dan Sarintonu.
- Sembiring Tekang
Sembiring Tekang dianggap dekat/bersaudara dengan Sembiring Milala.
Di Buah Raya, Sembiring Tekang ini juga menyebut dirinya Sembiring
Milala. Kedekatan kedua merga ini juga terlihat dari nama Rurun
anak-anak mereka. Rurun untuk merga Milala adalah Jemput (laki-laki di
Sari Nembah) / Sukat (laki-laki di Beras Tepu) dan Tekang (wanita).
Sementara Rurun Sembiring Tekang adalah Jambe (laki-laki) dan Gadong
(perempuan). Kuta pantekennya adalah Kaban, merga ini tidak boleh
kawin-mengawin dengan merga Sinulingga, dengan alasan ada perjanjian,
karena anak merga Tekang diangkat anak oleh merga Sinulingga.
- Sembiring Brahmana
Menurut cerita lisan Karo, nenek moyang merga Brahmana ini adalah seorang keturunan India yang bernama Megitdan
pertama kali tinggal di Talu Kaban. Anak-anak dari Megit adalah, Mecu
Brahmana yang keturunannya menyebar ke Ulan Julu, Namo Cekala, dan kaban
Jahe. Mbulan Brahmana menjadi cikal bakal kesain Rumah Mbulan Tandok
Kabanjahe yang keturunannya kemudian pindah ke Guru Kinayan dan
keturunannya mejadi Sembiring Guru Kinayan. Di desa Guru Kinayan ini
merga Brahmana memperoleh banyak kembali keturunan. Dari Guru Kinayan,
sebagian keturunananya kemudian pindah ke Perbesi dan dari Perbesi
kemudian pindah ke Limang.
- Sembiring Siman Biang (Sembiring yang memakan biang (anjing))
- Merga Tarigan
Ada cerita lisan (Darwin Prinst, SH. Legenda Merga Tarigan
dalam bulletin KAMKA No. 010/Maret 1978 ) yang menyebutkan merga Tarigan
ini tadinya berdiam di sebuah Gunung, yang berubah mejadi Danau Toba
sekarang. Mereka disebut sebagai bangsa Umang. Pada suatu hari, isteri
manusia umang Tarigan ini melahirkan sangat banyak mengeluarkan darah.
Darah ini, tiba-tiba menjadi kabut dan kemudian jadilah sebuah danau.
Cerita ini menggambarkan terjadinya Danau Toba dan migrasi orang Tarigan
dari daerah tersebut ke Purba Tua, Cingkes, dan Tongtong Batu. Tiga
orang keturunan merga Tarigan kemudian sampai ke Tongging yang waktu itu
diserang oleh burung Sigurda-Gurda berkepala tujuh. Untuk itu Tarigan memasang seorang anak gadis menjadi umpan guna membunuh manok Sigurda-gurda tersebut.
Sementara di bawah gadis itu digali lobang tempat sebagai benteng merga Tarigan. Ketika burung Sigurda-gurda datang dan hendak menerkam anak gadis itu, maka Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menyumpit (eltep) kepala burung garuda itu. Enam kepala kena sumpit, akan tetapi satu kepala tesembunyi di balik dahan kayu. Salah seorang merga Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menusuk kepala itu dengan pisau. Maksud cerita ini mungkin sekali, bahwa pada waktu itu sedang terjadi peperangan, atau penculikan anak-anak gadis di Tongging. Pengulu Tongging merga Ginting Manik lalu minta bantuan kepada merga Tarigan untuk mengalahkan musuhnya tersebut
Beberapa generasi setelah kejadian ini, tiga orang keturunan merga Tarigan ini diberi nama menurut keahliannya masing-masing, yakni ; Tarigan Pertendong (ahli telepati), Pengeltep (ahli menyumpit) dan Pernangkih-nangkih (ahli panjat). Tarigan pengeltep kawin dengan beru Ginting Manik. Diadakanlah pembagian wilayah antara penghulu Tongging dengan Tarigan Pengeltep. Tarigan menyumpitkan eltepnya sampai ke Tongtong Batu. Tarigan lalu pergi kesana, dan itulah sebabnya pendiri kampung (Simantek Kuta) di Sidikalang dan sekitarnya adalah Tarigan (Gersang). Tarigan Pertendong dan Tarigan Pernangkih-nangkih tinggal di Tongging dan keturunannya kemudian mejadi Tarigan Purba, Sibero, dan Cingkes, baik yang di Toba maupun yang di Simalungun. Beberapa generasi kemudian berangkatlah dua orang Merga Tarigan dari Tongtong Batu ke Juhar, yang kemudian di Juhar dikenal sebagai Tarigan Sibayak dan Tarigan Jambor Lateng. Tarigan Sebayak mempunyai nama rurun Batu (laki-laki) dan Pagit (perempuan). Sementara nama rurun Tarigan Jambor Lateng adalah Lumbung (laki-laki) dan Tarik (perempuan). Kemudian datang pulalah Tarigan Rumah Jahe dengan nama rurun Kawas (laki-laki) dan Dombat (wanita).
Adapun cabang-cabang dari merga Tarigan ini adalah sebagai berikut :
- Tarigan Tua
kampong asalnya di Purba Tua dekat Cingkes dan Pergendangen
- Tarigan Bondong
di Lingga
- Tarigan Jampang
di Pergendangen
- Tarigan Gersang
di Nagasaribu dan Beras Tepu
- Tarigan Cingkes
di Cingkes
- Tarigan Gana-gana
di Batu Karang ;
- Tarigan Peken
di Sukanalu dan Namo Enggang
- Tarigan Tambak
di Kebayaken dan Sukanalu
- Tarigan Purba
di Purba
- Tarigan Sibero
di Juhar, Kuta Raja, Keriahen Munte, Tanjong Beringen, Selakar, dan Lingga
- Tarigan Silangit
di Gunung Meriah (Deli Serdang)
- Tarigan Kerendam
di Kuala, Pulo Berayan dan sebagian pindah ke Siak dan menjadi Sultan disana
- Tarign Tegur
di Suka
- Tarigan Tambun
di Rakut Besi dan Binangara
- Tarigan Sahing di Sinaman
- Tarigan Tua
kampong asalnya di Purba Tua dekat Cingkes dan Pergendangen
Rakut Sitelu
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah rakut sitelu atau daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Arti rakut sitelu
tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo.
Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam
masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
- kalimbubu
- anak beru
- senina
Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi isteri, anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti.
Tutur Siwaluh
Tutur siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
- puang kalimbubu
- kalimbubu
- senina
- sembuyak
- senina sipemeren
- senina sepengalon/sedalanen
- anak beru
- anak beru menteri
Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh
ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus
sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut:
- Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
- Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
- Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
- Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.
- Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
- Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
- Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).
- Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.
- Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
- Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu
keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara
langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak
langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan
anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas:
- anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
- Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.
- Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.
Dan Buku รข€“ buku Budaya Karo.
Refrensi :
1.http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Karo
2.http://blog.petrabarus.net/2007/07/budaya-karo-sejarah-marga-marga/
3.http://blog.petrabarus.net/2007/07/budaya-karo-sejarah-marga-marga-2/
4.http://merga-silima.blogspot.com/2011/05/marga-dan-struktur-sosial-di-suku-karo.html
Jadi Sibar em arah aku nari man banta kerina....
amin lit gia salah entah pe lepak ku ibas penulisen enda ngata km...
makana banci si pehuli si salah e.....
sibar em,,Mejuah-juah Man Banta Kerina..Tuhan Simasu-masu....
Aamiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar