Powered By Blogger

Senin, 10 Desember 2012

Adat Karo

Ngelegi Perembah


kalak erjabuNgelegi perembah (menyelesaikan utang adat ke pihak kalaimbubu) merupakan rutinitas menyambung kerja adat karo diwaktu yang ditentukan kemudian. Dalam tradisi adat masyarakat Karo suatu perkerjaan pelaksanaan adat dapat ditunda seperti ndungi kerja adat ngelegi perembah dan lain lain. Walaupun satu keluarga telah lama berumah tangga, namun saat mereka kawin dan disahkan menjadi tua-tua (suami/isteri peradatan mereka seperti “Nggalari Utang Adat” kepada kalimbubu sebagaimana lajimnya yang berlaku dalam adat perkawinan belum di adati secara tuntas. Bahkan pasangan suami-istri selama berumah tangga telah mempunyai keturunan/anak, malahan memiliki kempu (cucu) sekalipun.
Biasanya atas permohonan/perembukan pihak si empo, penundaan tersebut karena keluarga di pihak si empo belum siap, namun pihak keluarga si empo memberikan komitmen kepada pihak keluarga si tersereh lewat anak berunya kepada anak beru si tersereh guna disampaikan kepada kalimbubu (pemberi dara). Kesepakatan kerja ndungi adat Karo, bakal (dilaksanakan dalam situasi/kondisi pihak keluarga si empo cukup baik). Meminjam istilah orang tua di zaman dulu pesta adat tersebut dilaksanakan dung peranin mbuah page (usai padi di panen dan hasilnya melimpah ruah), merih asuh-asuhen seperti kerbau, lembu, kambing, ayam, dan sangap encari. Maknanya, bila mana pihak keluarga si empo sudah mempersiapkan perhelatan pesta adat perkawinan ini dan Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan usaha sampai berhasil serta memberikan kekuatan kekuatan lahir/bathin, baru kerja ndungi adat Karo tadi direalisir sepenuhnya melalui kesepakatan sangkep nggeluh kedua belah pihak.
Perkawinan yang membuahkan keturunan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, bila lahir anak laki- laki menurut anggapan masyarakat Karo anak tersebut adalah merupakan “sangap kalimbubu” (mama/mami). Bila lahir perempuan maka anak ini merupakan “sangap anak beru” (bengkila/bibi) keluarga tadi. Harapan dan niat baik orang tua bila anak mereka menjadi dewasa dapat bertemu “kawin sama impal” (singumban). Agar tali kekeluargaan tetap terjaga dan semakin erat.
Perkawinan tradisionil seperti ini sering terlaksana walaupun tidak menjadi keharusan, karena banyak pula perkawinan bukan dengan impal. Bahkan dewasa ini telah terjadi perkawinan antar suku/asimilasi bahkan dengan orang – orang asing (bukan orang Indonesia). Ketika upacara kerja ndungi adat/ Nggalari Perembah berlangsung mulai dari tahap acara meng-osei (pakian adat Karo) kepada pihak si empo/sinereh dan keturunannya semua ketentuan adat Karo diwujudkan dalam seremonial. Masyarakat (suku) sampai kini terikat, acara kemasyarakatannya kepada “Sangkep Si Telu” dengan keterangan sebagai berikut :
1. Sangkep pemena sukut (kelompok sembuyak dan senina yang menjadi persukuten)
2. Sangkep peduaken kalimbubu (kelompok pihak ayah atau saudara laki- laki dari istri kita yang menjadi si nangar-nangari (pemberi nasehat dan pertimbangan)
3. Sangkep peteluken : Anak Beru (kelompok anak dari bibi atau suami bibi kita serta suami dari saudara perempuan kita ataupun anaknya yang menjadi natang ranan atau sindungi dahin
Sangkep si telu (kelompok tiga) inilah selalu harus di hadirken setiap ada musyuawarah. Lengkaplah sudah menurut kemasyarakatan suku Karo dengan setiap keputusan rakut sitelu. Jadi kedudukan Sangkep Si Telu dan Rakut Si Telu dapat disamakan. Menindak lanjuti pembicaran “Kerja Adat Karo Ngelegi Perembah”, maka keluarga sukut si empo dan keluarga sukut sinereh kembali bertemu :
Keluarga Sukut Siempo:
1. Bapa/Nande simupus
2. Bapa/Nande sipempoken
3. Senina
4. Anak beru singerana
5. Anak beru cekoh baka
Keluarga Sukut Sinereh:
1. Bapa nande simupus
2. Bapa/ Nande Sinerehken
3. Senina
4. Anak beru singerana
5. Anak beru cekoh baka.
Dalam foum acara Ngelegi Perembah/Ndungi dahin utang adat karo kepada kalimbubu pihak anak beru antara si empo dan sinereh menyelesaikan acar adat yang belum tuntas di masa lalu. Acara Adat : maba belo selambar (sekapur sirih dan nganting manuk) tidak dilakukan lagi karena acara adat ini telah dilaksanakan ketika penganten disahkan menjadi suami/istri (tua- tua).
Yang perlu ditempuh dan diselesaikan serta menjadi keharusen secara menyeluruh dalam acara adat Karo hanya berkisar tentang pelaksanaan : tukur (mas kawin/utang mahar) , bebere, perkempun, perbibin, perkembaren. Selain itu perlu diketahui gantang tumba sebagai berikut : batang unjuken, yang menerima adalah orang tua perempuan. Singalo ulu emas, kalimbubu/impal dari bapak. Singalo bere-bere, mama/turang dari Nande/Ibu. Singalo perbibin, senina dari nande/ibu. Sirembah kulau/perkembaren, bibi turang ayah/bapak. Perseninan, senina.
Pada Event ini cara- cara yang dilakukan kepada kedua suami/isteri adalah ngosei mereka dengan pakaian adat karo selengkapnya. Begitu jugas kepada keturunan/anak-anak mereka dalam upacara seperti dibawah ini :
1. Pria (si empo) di-osei oleh pihak dari kalimbubu/pria.
2. Wanita (si tersereh)di- osei oleh pihak kalimbubu wanita.
3. Keturunan/anak- anak mereka yang laki- laki kepada mereka disandangkan uis nipes/gara oleh maminya (isteri pamannya)
4. Keturunan anak perumpuan merekadisandangkan uis nipes/ gara oleh bibinya (isteri bengkilanya).
5. Pemberian cendera mata berupa : cincin mas, kalung emas dan kado yang diberikan kepada anak mereka kepada anak laki- laki oleh mama/maminya kepada anak perempuan dan oleh bibi/bengkilanya.
Pemberian tersebut tidak terikat dalam adat, namun merupakan simbol kegembiraan dan doa restu belaka. Setelah suami-istri selesai di-osei , begitu pula upacara adat kepada keturunan/anak mereka, acara selanjutnya sebagai berikut : pengantin pria/wanita bersama keturunan/anak mereka dipersatukan bersama kedua pengantin , kemudian diselimuti bersama dengan uis gatip (kain adat Karo) di iringi doa restu dari kedua pihak kalimbubu. Acara selanjutnya kedua pengantin/anak mereka di jemput dan diarak beramai-ramai oleh anak beru menuju pentas pelaminan (di daulat kembali sebagi pengantin baru).
Agenda acara kemudian adalah pemberian kata sambutan (petuah- tuah) sesuai dengan jadwal yang telah di persiapkan sebelumnya sebagai berikut : ngerana sukut, sembuyak, sipemeren, siparibanen kemudian landek/menari bersama kedua pengantin sekeluarga. Ngerana kalaimbubu singalo ulu emas/bere-bere, kalimbubu singalo perkempun, singalo perbibin, dilanjutkan landek/menari bersama pengantin sekeluarga. Ngerana kalimbubu, puang kalimbubu, kalimbuibu singalo ciken-ciken, seterusnya landek bersama kedua pengantin sekeluarga. Ngerana Anak beru, anak beru Menteri, disambung landek bersama kedua pengantin sekeluraga. Ngerana mewakili tamu undangan dan teman meriah, kemudian landek bersama pengantin sekeluarga. Ngerana Pendeta atau yang mewakili dari pihak Geraja bagi yang beragama Kristen di lanjutkan dengan menari bersama. Ngerana kedua pengatin, guna ngampu ranan e kerina (menyambut seluruh kata sambutan yang disampaikan tersebut diatas).
Acara makan siang bersama dilakukan tepat jam 13.00, seandainya acara memberi nasehat/petuah belum selesai sebelum acara makan, maka pemberian nasehat/petuah di lanjutkan selesai makan bersama, biasanya upacara selesai jam 16.00 kalau anak berunya tepat mengaturkan waktunya. Ada kalanya dalam acara adat perkawinan dimeriahkan seperangkat gendang sarune atau keyboard, lajim juga setelah pemberian petuah/nasehat oleh terpuk keluarga disambung menari bersama terpuk tersebut. Juga biasa dilakukan setelah selesai “pedalan tembe tembe” dimana pengantin wanita dijemput oleh “terpuk si empo” (keluargta pengantin laki- laki) diadakan menari bersama, kemudian menari dan menyanyi kedua pengantinnya. pada saat itu banyak keluarga memberikan”sumbangan langsung untuk perjabun pengantin berupa lembaran- lembaran uang” kadang kadang sumbangan itu mencapai jutaan rupiah.
Mereken Perembah
Dalam acara ini pihak kalimbubu simada dareh datang ke rumah anak berunya menyerahkan perembah (kain gendongan Karo), karena Tuhan Yang Pengasih telah mengarunia anak berunya keturunan/anak ataupun cucu. Makna pemberian perembah ini semoga mereka mendapat kesehatan, murah rejeki dan anak- anak mereka menjadi berguna bagi Tuhan, keluarga , masyarakat. Selesai penyerahan perembah makan bersama dan acara ini tanpa peradatan adat Karo. (Ngajarsa Sinuraya)

Incoming search terms:

  • acara perkaninan adat karo kalimbubu singalo bere bere (2)
  • utang adat (2)
  • tukur pernikahan adat karo (2)
  • tradisi anak lahir dalam budaya kar (1)
  • tukur (mas kawin/utang mahar) dalam adat karo (1)
  • tukur dalam adat karo (1)
  • tukur pernikahan karo (1)
  • upacara adat karo mulai dari menikah hingga meninggal\ (1)
  • upacara perkawinan adat karo (1)
  • utang adat karo (1)


Perceraian dalam Masyarakat Karo

                                      
ceraiDalam kehidupan rumah tangga biasa terjadi perceraian antara sumai istri, demikian juga pada keluarga orang Karo. Perceraian ini tentu karena banyak sebab. Antara lain karena tidak ada lagi persesuaian antara suami istri. Bisa saja pihak suami menceraikan istrinya, atau istri yang mau meminta cerai. Menurut adat kebiasaan orang Karo, kalau selalu terjadi percekcokan suami istri, yang diketahui oleh kerabat, maka selalu diberikan saran agar mereka rukun kembali. Namun apa bila tidak juga terdamaikan, maka cara perceraian dimusyawarahkan oleh kerabat dengan penghulu yang dulu ikut menangani acara pernikahan mereka.

Adat Perjabun I Karo Timur


erjabu

Wilayah
Yang dimaksud dengan wilayah Karo Timur adalah kota/desa yang terletak disekitar jalan atau yang berdekatan dengan jalan mulai dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan Dolok Silau dan Kecamatan Silima Kuta, yang masyarakatnya terdiri dari masyarakat Karo. Empat dari kecamatan itu terletak di daerah Kabupaten Deli Serdang dan selebihnya terletak di daerah Kabupaten Simalungun.
Keadaan permukaan bumi dimana masyarakat Karo yang tinggal di Kecamatan yang disebut diatas tadi sangat berbeda yaitu mulai dari datar, landai berbukit/bergunung dan bergelombang. Begitu juga jenis vegetasinya berbeda-beda pula. Perbedaan perbedaan itu sudah barang tentu akan menyebabkan cara dan gaya hidup masyarakatnya juga berbeda dan inilah yang menyebabkan adat istiadatnya juga berbeda. Perbedaan atau lebih jelas lagi karena pengaruh dari masyarakat lain yang dilingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, tidaklah mungkin kita menyajikan satu bentuk Adat Istiadat dari masyarakat karo di Wilayah Karo Timur. namun demikian di dalam garis- besarnya ada bentuk persamaannya. Khusus dalam “Adat Nggeluh” makna Adat Nggeluh Masyarakat Karo mengatakan Karo di Cingkes tidak dapat dianggap lebih murni dari pada di wilayah lainnya. Walaupun di kampung itu masih ada 13 buah rumah Adat yang masih di huni dan begitu juga di kampung sekitarnya seperti kampung Tanjung Purba, Bawang, Ujung Bawang dan Tambak Bawang masih ditemui rumah Adat Karo yang dihuni.
Adat Nggeluh
Maba Belo Selambar
Maba belo Selambar adalah tahap awal dari proses perkawinan yang akan silaksanakan secara adat.Sesudah si pemuda dan si pemudi mencapai kesepakatan untuk melangsungkan perkawinjan maka pihak si pemuda dengan perantaraan anak beru-nya menyampaikan niatnya untuk ngembah Belo Selambar dengan perantaraan anak beru sipemudi. Apa bila orang tua si pemudi sudah setuju maka kedua belah pihak ( pihak si pemuda dan pihak si pemudi ) masing-masing menyampaikan kepada sangkep nggeluhna supaya datang berkumpul pada hari yang sudah di tentukan untuk merembukkan mengenai niat maba belo selambar.
Yang harus dipersiapkan :
  1. kampil 6 buah dengan isinya berupa rokok dan korek api untuk laki-laki dan sirih, tembakau untuk wanita. Semua ini dipersiapkan oleh pihak laki- laki
  2. Makanan secukupnya, juga disediakan oleh pihak laki-laki.
Yang harus hadir :
Yang harus hadir adalah anak beru dari kedua belah pihak dan singalo bere-bere, singalo perkempun ras singalo perbibin dari pihak perempuan
Waktu Pertemuan
Pihak laki- laki dengan perantaraan anak beru meminta persetujuan waktu pertemuan pihak perempuan juga melalui anak beru-nya
Tempat Dan Waktu Pertemuan
Tempat pertemuan dirumah pihak perempuan dan waktu pada malam kira-kira pukul delapan pukul delapan.
Cara Pelaksanan
Setelah tiba waktu yang telah disepakati maka oleh anak beru pihak laki-laki ditanyakan kepada anak beru pihak perempuan. Sesudah ada ada jawabannya maka acara dapat dimulai dengan makan bersama. Makanan yang dihidangkan untuk orang tua si perempuan begitu juga kepada kalimbubunya harus dalam piring khusus dan harus pula ditutup. Tetapi hidangan untuk yang lain dapat dalam piring biasa (tidak khusus) dan tidak pula ditutup, sedangkan jenis makanan yang dihidangkan tidak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setelah selesai makan anak beru pihak laki- laki menanyakan kepada anak beru pihak perempuan apakah sudah selesai makan dan apakah sudah dapat diteruskan kepada pembicaraan lebih lanjut.
Hal-hal yang Dibicarakan
  1. Mengenai Niat si Pemuda dan si Pemudi Hendak Kawin
Setelah ada pernyataan dari anak beru pihak laki- laki kepada anak beru pihak perempuan bahwa si pemuda itu telah memadu kasih dengan si pemudi maka orang tua si pemudi dengan perantara seninannya menanyakan kebenaran itu kepada anaknya. Demikian juga orang tua perempuan melalui anak beru-nya ingin mengetahui kepastian dan kesungguhan si pemuda.Berikutnya oleh anak beru laki- laki ditanyakan kepada anak beru pihak perempuan apakah kampil (rokok, korek api, sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau) sudah dapat disampaikan kepada kalimbubu (orang tua perempuan) melalui seninanya. Apabila kalimbubu sudah bersedia ,maka kampil itu sudah merupakan jawaban bahwa kalimbubu (orang tua perempuan) sudah setuju perkawinana dilaksanakan. 6 buah kampil sudah disediakan oleh anak beru pihak laki- laki kepada anak beru pihak perempuan. Satu kampil diserahkan kembali kepada anak beru pihak laki- laki untuk diserahkan kepada singalo ulu emas. Lima buah kampil diserahkan kepada senina (senina orang tua perempuan) untuk disampaikan masing-masing kepada :
  1. satu kampil kepada sukut (Orang tua perempuan)
  2. satu kampil kepada singalo bere-bere
  3. satu kampil kepada singalo perkempun
  4. satu kampil kepada singalo perbibin
  5. satu kampil kepada anak beru dari senina sukut itu.
Kemudian setelah berjalan semua kampil (6 buah) berarti bahwa semua pihak dari sukut sudah merasa senang perkawinan dilaksanakan. Hal ini disampaikan kepada pihak kalimbubu singalo bere-bere seraya mohon pendapatnya,maka oleh anak beru sukut diserahkan satu kampil pengarihi yang sudah disediakan oleh anak beru pihak laki-laki, isi dari dari kampil pengarihi itu terdiri dari: rokok, korek api, sirih, kapur, pinang, gambir, dan tembakau. Dulu pada juga ada uang Rp. 1.200 , tetapi sekarang tidak diberlakukan lagu. Kemudian setelah kampil pengarihi diterima oleh singalo bere-bere maka ditanyakan kepada si perempuan apakah perkawinan karena senang hati dan tidak ada paksaan dari orang tua. Apabila yang kawin itu kepada impalna maka masih ditanyakan oleh anak beru akan upah yang diberikan oleh orang tua laki- laki berupa ladang/sawah, benda berharga atau ternak. Kesemuanya itu akan menjadi milik bersama sesudah menjadi suami istri dan tidak termasuk harta warisan lagi, tetapi apabila tidak dengan impalna maka upah tersebut tidak ada. Pembicaraan upah seperti ini dinamakan nungkuni sungkuten. Nungkuni sangkuten ini diwilayah Gunung Meriah dan Bangun Purba tidak ada.
Gantang Tumba
Setelah selesai acara tersebut diatas maka dengan maksud menghemat waktu pada acara nganting manuk, oleh anak beru pihak laki- laki ditanyakan kepada anak beru sukut apakah dapat dilanjutkan membicarakan ancar-ancar gantang tumba, sukut pada prinsipnya tidak keberatan kalau hanya mengancar-ancar saja.
1) Untuk Wilayah Cingkes, biasanya didaerah Cingkes, pesta yang di lakukan sintengah di dasarkan kepada jumlah beras yang diperlukan. Untuk pesta sintengah ini diperlukan beras sebanyak sepuluh kaleng.Namun demikian sering juga ditanyakan pihak kalimbubu akan ukuran besar dari pesta ini: Contoh pada jaman dulu :
  1. Batang Unjuken misalnya Rp. 1.200
  2. Ulu Emas menjadi Rp. 660
  3. senina Kuranaan, senina kuranaan sekarang diberikan dirumah sesuai dengan keperluan.
Untuk ongkos perjalanan dan pembeli rokok diberikan kepada:
  1. Singalo Bere-bere Rp. 660
  2. Singalo perkempun sama dengan ngerangguti.
  3. Singalo perbibin sama dengan ngerangguti
  4. Singalo perninin sama dengan ngerangguti
  5. Singalo Kulau sama dengan ngerangguti
  6. Perkempun/Sabe adi Jelma tukurRp. 320 adi impalna Rp.160 (sintengah)
  7. Gamber inget-inget Cingles lalit, Paribun Rp. 1.600, SeribudolokRp. 1600.
Catatan : Semuanya ini dalam uang rupiah perak, penyesuaiannya sekarang sesuai dengan musyawarah kedua belah pihak.
2) Untuk Wilayah Gunung Meriah
untuk kerja sintengah
  1. Batang unjuken Rp. 48 (man orang tua sisereh)
  2. Bena Emas Rp. 1 (man orang tua si sereh)
  3. Ulu Emas Rp. 1
  4. Singalo Bere-bere Rp. 1, tambah dengan orang tua sisereh
  5. Singalo perkempun Rp. 1 (man orang tua bapa sitersereh)
  6. Singalo Perninin Rp. 1 (man orang tua nande sisereh)
  7. Ciken – Ciken Puang Rp. 1
  8. Bibi Sirembah kulau Rp. 1 (man turang bapa sisereh)
  9. Perbibin = Rp, 1 (man senina nade sisereh)
  10. Perbapatuan Rp. 1 (man impal bapa sisereh)
  11. Perbabangudan Rp. 1 (man impal nande sisereh)
  12. Perkembaren Rp. 1 (man kalimbubu si empo ras kalimbubu sisereh)
  13. Ulih Puang (Pengulu), pengulu sisereh Rp.4. Pengulu si empo Rp. 2
  14. Gamet (sisereh) Rp. 1
  15. Anak beru si sereh Rp. 2
  16. anak beru si empo Rp.1
  17. Gamet si empo Rp. 1
  18. Inget -Inget Rp. 1
  19. Batu Simalem/batu galangen, Batu Simalem Rp. 1 (man Gereja , adi nai man sinitik wari), Batu galangan Rp 1, man Sukut sisereh.
Catatan : semuanya dalam uang rupiah perak. penyesuaiannya sekarang sesuai dengan musyawarah kedua belah pihak. Setengah dari yang diterima kepada yang bersangkutan dan dan setengahnya lagi kepada kerabatnya
3) Untuk Wilayah Bangun Purba (Untuk Kerja Anak Pengulu/sintengah)
  1. Batang Unjuken Rp. 625
  2. Bena Emas Rp. 1.100.
  3. Ulu Emas Rp. 1.100
  4. Singalo Bere-bere Rp. 3.150
  5. Singalo Perkempun Rp. 3.150, per dua
  6. Singalo perninin Rp. 3.150. per dua
  7. Ciken Ciken Rp. 3.150 per dua
  8. Perbibin singelayani senina nande. Rp. 3.150. per dua
  9. Sirembah Kulau Rp (Teruh pinggan mantiki lit tembakau)
  10. Gamet Rp. 2.000
  11. Bapa Tua.Rp. 1.000
  12. Bapa Nguda Rp. 1.000
  13. Impal bapa Sintua Rp. 1.000
  14. Impal nande Sintua.Rp. 1.000
  15. Kepala Desa Rp. 15.000. (Rp 10.000 arah sinereh ras Rp. 5000 arah si empo)
  16. Si Kelang Rp.1.000
  17. Tebus tulan Rp.3.000. / (Adi la motong : 1 arah sisereh 2 arah si empo, tapi adina motong pe dalan tulan 6 emekap 4 man si sereh, emekapken: sukut, Gamet,, kalimbubu, anak beru, 2 man. Si empo emekapken Sukut ras anak beru
  18. Anak beru Silalih/Perkembaren: Rp. 3000,(2 man anak beru sisereh 1 man anak beru siempo)
  19. Simajekken Lulang/Lape-lape Rp.1.000. anak beru menteri / Ikor Sabe.
Mengenai Masa Kerja (Hari Pesta), dirembukkan tempat, hari, tanggal, dan jam. Pakaian: Pengantin/Ose Emas, Simupus berpakaian/ose, tapi tidak pakai emas, sembuyaknya dengan tanda- tanda. Yang menyediakan ose sukut, simupus sidiberu yang mengenakan singalo ulu emas. Acara : 07.00 – 08.00 Ngukati /sarapen, 08.30 – 09.30. Rose, 09.30 -10.30. Berembuk menjalankan emas , 10.30.- 13.00. Memberikan kata-kata Sambutan, 13.00 Makan. Lauk Pauk : Kentang, Cipera.Undangan : Dirembukkan jumlahnya , dikirim paling lambat satu minggu sebelumnya. Untuk kalimbubu harus di atar langsung. Mengikat Janji : Penindihi pudun Rp. 100, pesta jadi dilangsungkan uang penindih pudun dikembalikan. Catatan : acara disampaikan kepada : 1) Pihak laki- laki (Si empo) 2. Sukut (Sinereh) 3. kalimbubu 4. anak beru.
Dalam acara makan maka pinggan adat terlebih dahulu diberikan kepada ibu pengantin perempuan, barulah kepada yang lain menurut urutan yang jumlah keseluruhannya untuk pihak perempuan dan laki-laki ada 24 buah. Jika ada yang kurang maka jumlah n untuk pihak laki- laki yang dikurangi. Setelah selesai makan bersama maka anak beru si Empo menanyakan kepada anak beru Sukut apakah sudah dapat dimulai pembicaraan.
  1. Permulaan runggu : anak beru si empo memberikan 6 buah kampil yang sudah berisi kepada anak beru Sukut. Kemudian anak beru Sukut menyerahkan kepada anak beru si empo satu kampil untuk disampaikan kepada singalo Ulu Emas. Seterusnya anak beru Sukut menyerahkan 5 buah kampil kepada  senina Sukut untuk disampaikan kepada : 1. Satu kampil kepada Sukut , 2. Satu kampil kepada Singalo bere-bere 3. satu kampil kepadaa Singalo perkempun, 4. Satu kampil Singalo Perbibin, 5. Satu kampil kepada anak beru dari senina sukut itu.
  2. Setelah semua kampil sudah disampaikan maka diteruskan untuk membicarakan berbagai hal
Apa Yang harus Dibicarakan
  1. Nungkuni , anak beru si Empo menanyakan kepada anak beru Sukut apakah masih perlu ditanyakan kepada si laki- laki dan si perempuan mengenai beberapa hal mengingat mereka, tadi sore sudah pula mendapat pemberkatan nikah di gareja  dan sekarang sudah dicatatan sipil
  2. Mengenai gantang tumba/unjuken: Pada waktu ngembah belo selambar telah disinggung ancar- ancar Gantang Tumba/Unjuken anak beru  Sukut meminta kepada kepada anak beru si empo  Singalo Ulu Emas datang ke jabu  (rumah) kalimbubu Sukut agar dapat bertukar pikiran  mengenai kerja ( pesta ) apakah : Kerja Sintua , Kerja sintengah atau Kerja Singuda. Sekarang ini sudah biasa di Wilayah karo Timur dilaksanakan Kerja sintengah. Dengan demikian  besarnya masing- masing adalah sebagai berikut:
  3. batang Ujuken Rp.1. 200.
  4. Ulu Emas Rp. 660.
  5. senina Kuranan Rp. (mengenai senina kuranan sekarang diberikan di rumah sesuai dengan keperluan untuk makan transpor dan pembelian rokok)
  6. Mengenai Alonken kalimbubu  Sada : kalimbubuSi Telu sada bermusawarah mengenai jumlah yang diterima masing- masing biasanya
    1. Singalo bere-bere Rp. 660
    2. Singalo perkempun Rp. 330
    3. singalo perbibin Rp. 330
    4. Singalo perninin Rp. 330
    5. Singalo kulau mantiki Rp. 330
    6. Mengenai Perkembnaren/Sabe : Yang diterima perkembaren/sabe biasanya sama dengan yang diterima sirembah kulau Rp. 180
    7. Mengenai gamber inget-inget : Mengenai gamber Inget- inget di Cingkes tidak ada tetapi di Seribu dolok dan Paribun ada sebesar Rp.160
    8. Sedangkan untuk Wilayah Gunung Meriah dan bangun Purba seperti yang telah diutarakan tadi. – Perubahan/Penambahan tentang tersebut selalu terjadi hanya merupakan variasai akibat rasa kegembiaraan saja
    9. Pedalanken Pudun: Kemudian diteruskan pendalanken pudun: satu pandan kepada si empo, satu kepada anak beru, satu kepada sukut dan satu kepada kalimbubu – Enda pudun , pagi masa kerja  08.00. – anak beru sukut berpesan kepada singalo ulu emas dengan perantaraan anak beru si empo agar besok  mengenakan ose. Begitu juga mempersiapkan luah untuk disampaikan oleh kalimbubusi telu sada
      1. Nduduri Isapen : Setelah itu maka acara penutup dengan acara nduduri isapaen (menyuguhkan rokok) kepda sukut , sembuyak sukut , senina sukut, singalo bere-bere, singalo perbibin, begitu juga kepada anak beru sukut dan setelah itu pihak si empo sudah dapat pula kerumahnya
Kerja Adat (Pesta Adat) : Kerja Adat anak sintengah.
Apa yang Dibicarakan :
Yang perlu dibicarakan adalah gantang tumba/unjuken yang harus dibayar sesuai dengan yang telah dimusyawarahkan sewaktu nganting manuk. Ditanyakan apakah ada yang perlu dibicarakan kembali.

Terpuk Ras Orat Nggeluh Kalak Karo

Situhuna lenga bo jelas bas ise nari nge mbagi-mbagisa terpok/wilayah orat nggeluh kita kalak Karo entah bas perjabun, majekken mengket rumah adat mbaru, acara kepaten, ras sidebanna ibas kegeluhen kita kalak Karo nai nari.
Tapi si memang nyata, emkap makana kenca daerah- daerah kita Karo sibage belangna i kunduli jajahan Belanda, maka daerah Karo ibagi bagi ibas administrasi pemerintahan siberlainen. mungkin maksudna gelah perukuren kalak Karo ula ersada, nginget belanda bas abad XIX ras permulaan abad XX, kalak Karo terus menerus memerangi posisi bnelanda ras tuan – tuan kebun.Ternyata tujuan Belanda enda lit lit ulihna , sebab usur kakin sapih- sapih kita lanai siangkaaen , ijjendam masuk jarum perpecahen Belanda . Tapi untung kang kalakm Karo dungna ngerti politik busuk Belanda enda , emakana dungna kalak Karo dungna enggo reh ukurna muluihi persada ukur .
Jadi sini kataken kalak 7 (Tujuh) terpok orat nggeluh kalak Karo, ija enda pe relatif ras samar emkap ken :
  1. Terpok/Wilayah Karo Timur, termasuk ije kecamaten- kecamaten:
    1. Lubuk Pakam
    2. Bangun Purba
    3. Galang Gunung Meriah (termasuk Kabupaten Deli Serdang)
    4. kecamaten Dolok Silauras
    5. kecamaten Silima Kuta (Simalungun).
  2. Terpok / Wilayah Karo Dusun, termasuk ije kecamatan-kecamatan :
    1. Biru-Biru
    2. Tanjongmorawa
    3. Hamparan Perak
    4. STM Hilir
    5. STM Hulu
    6. Kutambaru
    7. Sunggal
    8. Pancurbatu
    9. Sibolangit
    10. Namborambe
  3. Terpok/ Wilayah Karo Langkat :
    1. Bahorok
    2. Batangsarangan
    3. Salapian
    4. Stabat
    5. Binjai
    6. Selesai
    7. Lau (Sungai) Bingai
    8. Kuwala.
  4. Terpok/Wilayah Karo Baluren. Termasuk bas kecamaten-kecamaten:
    1. Tanah Pinem
    2. Tigalingga
  5. Terpok/Wilayah Karo teruh Deleng, termasuk ije ibas kecamaten-kecamaten:
    1. Payung
    2. Simpang Empat
    3. Kutabuluh
    4. Tiga Nderket
  6. Terpok/Wilayah Karo Singalor lau , termasuk ije kecamaten-kecamaten:
    1. Juhar
    2. Tigabinanga
    3. Munte
  7. Terpok/Wilayah Karo Kenjulu, termasuk ije kecamaten- kecamatan:
    1. Berastagi
    2. Kabanjahe
    3. Tigapanah
    4. Barusjahe (ras Merek Sekelewetna)
Bageme gelah enggo sieteh kerina sebagai kata persinget ngenda ngenca, lang kampe kuakap itehndu nge kerna sibage rupana, ulanai kita sikengen kerna adat nggeluh kita kalak Karo berbeda beda cara pengodakken ras pengolekenca, saja ngenca i ntinjau balinge ia, saja lit perbedaen ngelaksanakenca sitik-sitik, gia ningen banci jadi perjengilen, sebab lit istilah bas Adat nggeluh mbar berita emekapken: “Gelarna nge teku lang nina (e mberet kal e adina la i ikuti katana e)”.
Ekap makana nikatakan bas cakap adat: “Uga litna bage i baba”, “Uga adatna bage ni dalanken “. Misalna adina lit sekalak anak perana ia nggeluh ibas Terpok Wilayah Karo Kenjulu atena ngempoi diberu terpok/wilayah Karo Timur, maka sue ras adat nggeluh mehamat erkalimbubu kerjana e ibahan ngikuti bagi siniaturken Adat nggeluh Terpok Karo Timur kai nina ipesikap, labo banci ipaksaken bagi adat kegeluhen Karo Kenjulu asal kutana e. ( Ngajarsa Sinuraya)
cataten : terpok bali ertina ras kata terpuk.

Incoming search terms:

  • kata kata kalak karo (35)
  • kata kalak karo (11)
  • Adat kalak karo (2)
  • tanah karo upacara adat mengket (2)
  • adat upacara kepaten (1)
  • singalor lau (1)
  • terpuk ras orat nggeluh (1)

Adat Perjabun Nereh Empo I Karo Dusun

Wilayah Karo Dusun
Wilayah Karo Dusun mencakup Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Pancur Batu , Kecamatan Namo Rambe , Kecamatan Sunggal, Kecamatan Kutalimbaru , Kecamatan STM- Hilir, Kecamatan STM- Hulu, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Tanjung Morawa dan Kecamatan Biru- Biru . Wilayah ini dihuni oleh masyarakat Karo dari jaman sebelum perang. Melalui wilayah ini ada jalan tembus , jalan perlanja sira yang menghubungkan Karo Dusun dengan Karo Julu. Jadi garam yang sangat penting itu untuk kehidupan manusia , di pasok dari Karo Dusun dan Alas ke Tanah Karo . Hubungan kekeluargaan (adat istiadat nggeluh) sangat erat antara Karo Dusun dengan Karo Julu.
1. Maba Belo Selambar
Pada zaman dahulu sebelum perang maba belo selambar dengan membawa kampil lengkap yang berisi belo, kapur, gamber, mbako, pinang, penaka pinang, ( kalak kati ), tok- tok, perisapen, yang terdiri dari daun nipah, daun jagung, mbako dan santik. Pertemuan ini dihadiri oleh Anak Beru Siempo (dilaiki-diberu), Sembuyak si empo, nande bapa sinereh , siterserh, dan bibi siterserh yang tidak punya anak laki- laki . Untuk pertemuan ini Anak Beru si empo datang kerumah sesudah makan malam sebagai utusan si empo . Teknik pelaksanaannya dilakukan setelah saling bertukar rokok (isap). Anak beru si empo menyampikan niatnya kepada orang tua sinereh atau sembuyak terdekat. Dan orang tua si tersereh meminta turangnya untuk menanyakan kepda si tersereh ketersediaan untuk menerima lamaran. Pada umumnya gayung bersambut karena sudah ada arih- arih simedanak. Tempa- tempa terjadi paksaan karena ; yang datang adalah impalna dan belum ada arih- arih. Biasanya bila mana bukan anak kalimbubu , maka pihak si empo tidak berani kalau belum ada arih- arih orang tua atau simedanak . Orang Karo takut dipermalukan. Sering juga terjadi sebelum makan belo orang tua si empo datang tanpa anak beru; maka ayam untuk dimakan bersama kalimbubu untuk menanyakan kesediaan si tersereh untuk kawin dengan impalna. Dalam hal ini penolakan sering terjadi. Setelah ada persetujuan maka direncanakan maba belo selambar. Proses ini namanya nungkuni , bila tak ada musyawarah anak.
Bila ada musyawarah anak anak dapat terjadi :
Pertama nangkih erjabu. Anak kalimbubu harus dibawa kerumah Bapa Tua , Bapa Uda, Abang yaitu rumahna. Bukan Anak Kalimbubu dibawa ke  rumah Anak Beru. Sekarang dibawa ke rumah Pemuka Agama.
Nangkih erjabu ada dua bentuk :
a). Nangkih dengan persetujuan
b). Nangkih erbuni- buni( tidak ada persetujuan )
Kedua  Maba belo selambar, yang menjadi pembicaraan adalah  apakah pihak si empo banci erjabu, tersinget-singet ndigan maba luah (nganting manuk). Pada saat acara ini yang di undang makin banyak, semua Sangkep nggeluh siseh kujabu tambah Anak beru Tua (Singerana). Selain kampil lengkap 6 buah maka si empo maba nakan tasak untuk makan bersama , amak mbentar sinereh (amak runggu).
Saat pelaksanaan dapat dilaksanakan pada pukul 17.00-19.00 (makan dulu baru acara) atau pukul 14.00-15.00 sampai selesai (acara dulu baru makan) . Tempat berkumpul di rumah si tersereh atau di jambur (Los).
Teknik pelaksanaan seperti runggu Adat Karo :
Ditengah (gelanggang/berhadapan masing- masing Anak Beru), dibelakang anak beru sesina kuranan, senina sepemeren, senina siparibanen , sembuyak, sukut, sukut ras senina sepengalon. Kalimbubu, sebelah kanan, di kanan kalimbubu duduk puang kalimbubu.
Runggu boleh dimulai karena seluruh sangkep nggeluh (sindungi runggun ras kerja) enggo pulung. Yang akan dibicarakan adalah :
1. Apakah si empo boleh nikah
2 . Ersinget- singet gantang tumba (utang adat) ; tukor
3. Penentuan hari Maba Luah (nganting manok ras kerja adatna). Kalau sudah ada hari yang disetujui maka Sengkul me pudun.
2. Maba Luah ( Nganting Manok)
Yang perlu dipersiapkan si dilaki (pihak laki-laki), kampil lengkap 6 buah, amak mbentar man kalimbubu secukupnya, perisapen rokok 8 bungkus kalau dulu cukup 7 bungkus atau 6 bungkus; rires secukupnya, cimpa unung- unung, ayam cipera, nasi serta gulen. Si diberu (pihak wanita) : kampil lengkap ras anak runggu 2 buah serta amak untuk kalimbubu. Yang hadir semua sangkep nggeluh dari masing-masing yaitu : Sukut, Sembuyak Sukut, Senina (sipemeren,siparibanen , sepengalon) , senina kuranan (Gamet), kalimbubu, puang kalimbubu, anakberu ras anak beru menteri. Khusus si empo harus hadir : anak beru ngikuri untuk mencuci kuali (belanga) dan membantu masak. Hari pertemuan sering sudah ditentukan saat maba belo selambar bagi keluarga baru; dan saat runggu erbahan kerja bagi keluarga yang sudah punya anak . Pelaksaanaan sebelum perang, diadakan pada siang hari, atau malam hari berbeda waktu dengan kerja adatnya. Sekarang ini diadakan malam hari dan besoknya kerja adat. Dan tempa-tempa disatukan dengan naba belo selambar dengan syarat harus ada kuah man kalimbubu (rires, cimpa unong unong dan gule cipera) saat maba belo selambar dan memudahkan peningkatan ini harus ada pembicaraan lebih dahulu (teruh- teruhi). Teknik pelaksanaan sama dengan runggu Adat karo saat naba belo selambar sigundari, jadi pembicaraan adalah menentukan utang adat yang harus ditanggung oleh si empo yaitu : Batang Ujuken (tukor) bere- bere, perkempun, perninin, ciken- ciken, perbapatuaan, perbapangudan, batu gilingen, tangu beru, gamet, suabe (perkembaren), anak beru menteri, sirembah kulau, (kelang-kelang).
Setelah adat ini disetujui maka dibicarakan mengenai acara kerja adat besok hari, agar semua berjalan lancar yaitu : ose dan yang di osei, makan pagi (ngukati), membayar utang dan acara singerana. Permulaan acara pihak perempuan. Tempa-tempa selang seling. Diakhir acara maba luah adalah Sengkul Pudun Kerja
3. Kerja Adat
Yang perlu dipersiapkan :
a. Sinereh
Pinggan pedalan emas yang terdiri darai : pinggan pasu, ariteneng ,cimata, cincin-tumbuk, draham yaitu emas megersing ( ganti kunyit ), beras meciho, belo cawer, amak mbentar Tikar tempat runggu ( amak runggu) dan tikar untuk kalimbubu.
b. Si empo
Uang yang harus dibawa, makan untuk dua kali makan (pengukati, dan makan siang), untuk acara makan ini Potongan Adat yaitu Kerbau , Sapi, dan Babi harus disediakan utang adat yang potongannya cara ngelapah. Khusus pada pesta adat hadir seluruh kerabat, kade- kade ndauh- ndiher yang fungsinya pertama : Ndungi adat kerja/petunggungken dan pehagaken , yang berfunsi sebagai Ndungi Adat-Kerja yaitu Sangkep Nggeluh dari sukut berfungsi untuk petunggungken kade-kade si ndauh-sindiher; yang berfungsi untuk pehagaken teman meriah , sierpangkat.
Hari pertemuan sudah dirancang saat maba belo selambar bagi jabu simbaru atau runggun adat bas nehken sura- sura bagi jabu si enggo ndekah. Lamanya pudun hanya 1 bulan bila lebih sirenggetken. Acara dilakukan dirumah Waluh Jabu (kerja rumah), dibuatkan tenda di depan rumah, ditanah lapang atau gedung pertemuan, loosd desa , jambur,. waktu pelaksaanaan mulai pukul 08.00 sampai selesai. Pukul 07.00 – 10.00 ngukati, pukul 09.00-10.00 ersukat emas, pukul 10.00 – 13.00 acara ngerana- ngerana (sidiberu arah lebe), pukul 13.00- 14.00 makan siang.
Teknik pelaksanaan pada ersukat emas iban “Runggun Adat Karo“. Anak beru petala-tala ia itengah, kundul sukut , senina , gamet, teman meriah, perangkat Desa, pemuka agama. Sebelah kanan duduk kalimbubu sebelah belakang kalimbubu duduk puang kalimbubu , sebelah kirinya duduk anak beru menteri dan sebelah kirinya duduk anak beru ngikuri. Saat pedalan emas dilakukan oleh kepala desa yang sebelumnya diadaklan sejalapen yaitu sekaku atau saksi tertulis dari perkawinan ini.
Urut -urutan pedalan emas : Sinereh ngirakken pinggan pedalan emas ras si empo ngisisa alu uruten :
a. belo Kinapor 12 lembar
b. bura emas
c. ulu emas
d. batang unjuken (berdasarkan musyawarah)
e. bere- bere
f. perkempun, man mama nande.
g. Perninin, man senina bap.
h. Pebibin, man senina nade
i. Ciken – ciken, man mama nini bolang
j. Perbapatuan, man impal Nande
k. Perbapangudan, man diberu impal bapa.
l. Batu galangen, cibal – cibalen bapa
m.Tinggir Beru, man senina Bapa (kakak atau adik). kalimbubu bena- bena( kalimbubu tua ), kalimbubu dareh ( kalimbubu simupus ) dan kalimbubu siperdemui , kalimbubu sipemeren serta puang kalimbubu . Anak beru, anak beru menteri dan anak beru sipemeren .
Selesai acara ngerana – ngerana kedua belah pihak maka diadakan acara makan siang . Dan sebelumnya diberikan dulu makan baluten yang banyaknya minimal 12 buah atau 50 – 2 = 48 untuk pihak sinereh . Saat acara makan diumumkan bahwa nanti malam akan diadakan acara “mukul” di rumah bapa si empo. Pada perkawinan orang karo sering terjadi Ngelingkah (ngelangkah), satu dilangkahi bayar satau, dua dilangkahi bayar dua , dan seterusnya. Adapun utang yang dilangkahi laki- laki adalah : tengkulok, kain sarung, dam tikar. Utang kepada perempuan : Kampoh.
Kerja Adat karo Dusun terdiri dari : Kerja singuda, Kerja sintengah , kerja sintua. Kerja Singuda adalah kerja dengan potong babi atau erbante. Semua kade – kade sindiher i tenahken tambah Sangkep nggeluh. Kade-kade sindiher juga dibatasi karena pangan terbatas. Kerja Sintengah : adalah kerja mbelin tanpa gendang sarune. Kerina kade kade teman meriah ras Sangkep Nggeluh i tenahken sebab potong kerbo atau lembu jukut 6-8 kaleng. Kerja Sintua adalah kerja sintengah alu erkata gendang . Kerina kalimbubu sineken bas surat undangen harus diundang.
4. Mukul = Mecah- mecah tinaroh
Yang perlu di[persiapkan sinereh adalah ayam yang dilengkapi oleh singalo bere- bere (mamina) ayam itu warnanya kuning (simelias rupa), tinaruh manuk belgang disebut tinaruh manuk Tasak Mulia. Pihak si empo mempersiapkan: pinggan Pasu (piring besar), uis arinteneng atau uis teba metak loanam pingga pasu, nasi dan tulan putor dan kepala serta ekor dimasak tanpa adum. Yang kumpul sat mukul adalah sangkep nggeluh siseh kujabu masing- masing pihak. Dan tempat kumpul di rumah orang tua si empo pukul 20.00-21.00 sampai selesai.
Biasanya pihak sinereh bermalam di rumah pihak si empo. Teknik pelaksanaannya bibi si rembah kulau, bibi nande, anak beru menyiapkan pinggan pasu dengan lanam uis arinteng; letakkan nasi diatasnya, letakkan manuk yang disangkepi ; gat- gat tasak telu, tinaruh raja mulia. Sudah lengkap hidangan didepan penganten didalam amak dabuhen (KAMAR) pukul sidilaki nakan ras tinaruh berekenna man si diberu dan sebaliknya; mengucapkan janji bahwa tidak boleh berpisah kalu tidak dipisahkan Tuhan.
Masing masing memilih ayam sangkepi. Yang perlu dipersiapkan adalah kampil pengobah tutor, cimpa baka sagu, yang hadir Sangkep Nggeluh si empo ras sinereh dan dilakukan besok pagi sesudah mukul i rumah si empo, nangkih-nangkih matawari sesudah makan pagi . Kedia penganten baru si osei uis mejile, sitersereh di antar bibi membawa kampil,  ke bengkilanya diberikan belo kinapor dengan ucapan mulai hari inin tidak boleh bicara langsung harus memakai perantara . Demikian juga kepada turangku dan kerabat lain, kalau da perubahan tutur maka laki- laki maupun perempuan (si empo dan sitersereh) semua berubah sesuai dengan tutur simbaru. Hal ini dapat terjadi bila yang nikah tidak tutornya rimpal.contoh erbibi bana,permenna bana , maka akan terjadi perubahan yang mencolok.
6. Ngulihi Tudong
Yang perlu dipersiapkan keluarga baru adalah nakan dan gulen tasak serta cimpa. Hari pelaksanaan adalah 4 wari 4 berngi pejabun, maka bernagkat keluarga baru dari kampung sidilaki ke kampung kalimbubu. Adapun pengantarnya adalah nande-bapa, anak beru dan sembuyak. Dan sampai di rumah kalimbubu sebaiknya sebelaum pukul 12 .00. Makan siang diadakan di rumah kalimbubu bersama Sangkep nggeluhnya. Keluarga sidilaki biasanya bermalam tapi sekarang dapat pulang pada sore hari. Setelah makan malam dibuat acara mbereken pedah-pedah (memberikan petuah). Setelah itu pihak perempuan mempersiapkan pakaiannya untuk dibawah esok harinya. Pada jaman sebelum perang, kendaraan belum ada, maka Ibunya mengantar anaknya sampai kerangen kuta (hutan dekat desa) dengan cara pelan- pelan berpisah dengan pesan “Jangan pernah menoleh kebelakang, tetap pandang ke depan semoga kam sehat dan bahagia selalu”, namun si nande tetap berdiri di kerabangen kuta sampai si anak tidak kelihatan lagi.
7. Ngulihi Bulang
Hal ini terhadi bila rumah mereka jauh dari rumah orang tua laki-laki . Atau  si laki-laki ke kekelaan di rumah kalumbubu, maka secara dadakan diadakan ngulihi bulang, yang perlu dipersiapkan adalah: nakan dan bengkau tasak dan cimpa, waktunya 4 atau 5 hari  setelah pesta adat (4 atau 5 be rngi enggo kenca kerja). Acara ini juga mengambil pakaian si dilaki yang masih ada dirumah orang tuanya, selesai acara makan diadakan acara memberikan petuah- petuah.

nb : ada sebagian kata-kata yang diubah untuk memudahkan pembacaan.
                                                          Kampil

Incoming search terms:

  • pantun jabu simbaru (18)
  • Petuah karo (11)
  • adat perjabun kalak karo (8)
  • lagu perjabun kalak karo (5)
  • perjabun kalak karo (5)
  • kerja adat karo (4)
  • ras dalam adat karo (3)
  • kerja sintua (3)
  • kamlpil karo (2)
  • lagu karo : perjabun (2)

Bahasa Karo

                                                bahasa karo

Bahasa (Cakap) Karo adalah bahasa yang digunakan oleh suku Karo sehari-hari. Sama halnya dengan asal suku Karo, bahasa Karo itupun sulit untuk menjelaskan asal muasalnya. Bahasa Karo banyak didominasi oleh huruf-huruf vokal. OLeh karena itu mudah diucapkan, jelas didengar dan mudah diingat. Ucapan bahasa Karo memiliki dialek dan intonasi yang unik dalam pengucapannya. Bila bahasa Karo diucapkan dengan dialek khasnya maka akan mengundang ketertarikan orang untuk mendengar dan tidak membuat orang bosan mendengarnya.
Sama seperti bahasa-bahasa yang ada, bahasa karo juga memiliki unsur keindahan bahasa/seni sastra seperti pantun, kiasan, perumpamaan, dan lain sebagainya. Unsur ini didalam budaya Karo kita kenal dengan “Cakap Lumat”.
Dilihat dari sisi pemakai dan penggunaannya yang terkait dalam pemilihan kata-kata termasuk itonasi dan dialeg, maka bahasa Karo dapat dibedakan menjadi 3 versi :
  1. Bahasa dalam kegiatan adat
  2. Bahasa sehari-hari
  3. bahasa dalam kegiatan kepercayaan
Sumber : MP3 Karo 2011

Incoming search terms:

  • pantun bahasa karo (92)
  • bahasa karo (41)
  • asal usul bahasa karo (18)
  • pantun cinta bahasa karo (14)
  • contoh pantun bahasa karo (12)
  • kumpulan pantun cinta bahasa karo (4)
  • cerita bahasa karo (4)
  • pantun dalam bahasa karo (4)
  • kata-kata cinta bahasa karo (3)
  • kata kata indah bahasa karo (3)

Refrensi        : http://www.karo.or.id/category/seni-dan-budaya/adat/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar